Hanya ingin menyalurkan hobi serta ingin berbagi, baik itu berbagi ilmu ataupun pengalaman hidup pada banyak orang:) semoga saja apa yang dibagikan ini bisa bermanfaat untuk para pembaca terutama untuk saya sendiri. Jika ada yang kesalahan dari tulisan saya, mohon bantuannya untuk bisa mengomentari. Terima kasih:) Selamat membaca! ^^

Kamis, 18 Februari 2016

Jilbab Putih Itu (Last Part)

BAB 4
Hasil Perubahan


Ada kalanya mentari bersembunyi. Bersembunyi dibalik mendungnya awan. Tampaknya hujan akan turun menyapa pagi.

Renta sudah siap pergi sekolah. Kerudung putih yang dipakainya membuat wajahnya tampak lebih anggun. Ia mempercepat setiap langkahnya agar bisa sampai ke sekolah tanpa dibasahi hujan.

"Matematika, sejarah, bahasa inggris, dan biologi. Oke semuanya siap!" Ujar Renta lalu menutup tas coklat yang biasa digunakannya ke sekolah.

"Mama, ayah. Renta berangkat." Ucap Renta terburu-buru. Ia segera mencari kedua orang tuanya untuk pamit dan mencium punggung tangan mereka sebelum pergi sekolah."

"Eeh, Rentaa. Jangan lupa ini bekalmu. Lagian masih pagi gini kok buru-buru sih, Nak?" Ujar mama Renta dengan langkah cepat menuju anaknya.

"Iya biar gak kena hujan, Ma. Renta berangkat ya." Ujar Renta lalu mencium punggung tangan mamanya.

"Renta bareng ayah aja. Karena kamu berangkat pagi-pagi banget gini jadi bareng ayah aja ya." Ujar ayah Renta yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Gak papa nih, yah? Ayah gak takut telat?" Jawab Renta heran.

"Enggak. Lagi pula waktunya ini cukup kok buat nganterin kamu dan gak telat ke kantor. Udah yuk berangkat." Jawab ayah Renta bersemangat.

Mama Renta hanya tersenyum melihat keduanya. Renta pun merasa senang karena hari ini ayahnya yang biasanya takut telat ke kantor dan jarang nganterin Renta ke sekolah, sekarang malah dengan senang hati akan mengantar Renta dan tanpa takut telat ke kantor.

Langit menunjukkan kemuramannya. Rintik-rintik hujan mulai jatuh ke bumi pertiwi. Jalan yang disusuri Renta pun kini basah seutuhnya.

"Ayah, hujan itu indah ya." Ujar Renta lirih

"Em. Kamu selalu suka hujan, kan?"

"Iya, ayah. Selalu menyukainya"

Ayah Renta hanya meresapon dengan mengelus kepala anak tersayangnya. Lagi-lagi, Renta memiliki kesukaan yang sama dengan kakaknya, menyukai hujan. Hanya saja, ayah Renta berharap semoga nasib Renta tidak seperti kakaknya, Rinta.

Mobil mewah itu telah sampai ke tempat yang dituju. Renta bergegas turun dari mobil ayahnya. Dia mencium punggung tangan ayahnya dan mengucapkan satu kalimat sebelum turun, "Terima Kasih ya, Yah" Katanya dengan senyum girang.

***

Sekolah terasa berbeda hari ini. Tak ada lagi yang menggoda Renta, tak ada lagi keheranan atas perubahan Renta, dan semua teman-teman Renta kembali seperti semula.

"Hei, Rent." Sapa seorang lelaki dari arah belakang Renta.

Renta memutar dirinya. Sekarang dia hanya berjarak 1 meter dari si pemilik suara.

"Hai, Ga." Jawab Renta tersenyum kecil.

"Lo udah lama nunggu gue?" Tanya Angga penarasan.

"Enggak sih, btw ada apa lo pengen ketemu gue?" Tanya Renta mengangkat alisnya.

"Duduk aja, yuk. Biar lebih nyantai."

Keduanya pun duduk di salah satu bangku yang ada di taman sekolah. Gitar yang sebelumnya digenggam Angga kini menjadi pembatas antara Angga dan Renta. Keduanya memilih duduk di pojok kursi yang berbeda. Angga di pojok kiri dan Renta dipojok kanan.

"Lo mau ngomong apa, Ga?" Tanya Renta dengan tetap memperhatikan alam sekitar.

"Em, kayaknya lo uda tau gue mau ngomong apa." Jawab Angga yang kemudian menoleh ke arah Renta.

"Kalau ternyata yang gue prasangkain ini salah gimana?" Jawab Renta kembali bertanya.

"Em, apa yang lo prasangkain?" Jawab Angga tersenyum kecil.

"Perasaan lo ke sahabat lo ini?"

"Itu lo tau."

Tak sengaja keduanya saling menatap. Renta langsung mengalihkan pandangannya pada tumbuhan-tumbuhan hijau di sekitar taman.

"Jadi lo.."

"Gue suka sama lo." Ujar Angga cepat memotong pembicaraan Renta.

"Karena gue berjilbab?" Respon Renta cepat.

"Enggak. Udah dari dulu. Gue aja baru nyadar."

Keduanya kini terdiam. Angga menerka-nerka apa yang akan dijawab Renta. Mungkinkah Renta memiliki rasa yang sama? Setaunya, selama ini Renta tak pernah dekat dengan seorang lelaki pun, kecuali dirinya. Dan setaunya, Renta juga belum pernah tertarik lebih jauh kepada seorang lelaki. Yang sekedar teratarik sih ada, tapi itu hanya sekedar suka saja dengan sikap yang dimiliki lelaki itu.

Ada banyak lelaki yang mengutarakan perasaannya pada Renta, dengan lagu romantis atau dengan mawar, tapi tak satupun dari mereka yang mendapatkan hati Renta.

"Ga.." Ujar Renta kembali dari diamnya.

"Em?" Jawab Angga yang masih menatap bunga-bunga mawar di depannya. Angannya, Ia akan memetik satu mawar itu jika Renta juga memiliki rasa yang sama.

"Untuk jawaban dari perasaan lo, masak lo ga peka gue mau jawab apa?"

"Terlalu aneh kalau gue peka dengan apa yang akan lo jawab. Lo perempuan yang susah ditebak."

"Gue lebih suka kita tetep sahabatan aja, Ga." Jawab Renta serasa tanpa beban.

"Kenapa?"

"Karena hati gue udah srek sama seorang laki-laki yang lo ga tau siapa dia."

"Lo lagi deket sama cowok sekarang?"

"Enggak."

"Terus laki-laki itu siapa?"

"Laki-laki itu, seseorang yang udah Allah tentuin buat jadi pendamping gue nanti." Jawab Renta tersenyum.

"Gue mau menjaga hati gue. Gue mau memperbaiki diri gue untuk lebih mencintai Allah. Yah untuk saat ini gue masih ingin lebih dekat sama Allah. Gue masih menjaga hati gue untuk mencintai Allah dulu." Lanjut Renta

"Hingga nanti, gue bisa mencintai makhluk-Nya karena kecintaan gue pada Allah. Bukan karena nafsu semata."

Angga terkejut dengan jawaban Renta. Terkejut karena sahabatnya bisa berubah lebih cepat dari yang ia kira. Jawaban Renta tidak membuat Angga terpuruk. Sakit hati pasti di dapatkannya, tapi sifat ikhlasnya telah mengalahkn sakit hati yang ia dapatkan.

"Lo berubah lebih cepet dari yang gue kira." Ujar Angga tersenyum.

Hal itu membuat Renta merasa heran, tak mengerti dengan sikap Angga. Bukannya sakit hati, tapi Angga malah tersenyum tulus.

"Yah gak ada salahnya sih gue ngungkapin perasaan yang udah lama tinggal di hati gue. Tapi gue bersyukur karena lo jawab seperti itu." Ucap Angga lalu mengambil gitar yang berada di sampingnya.

Dia mulai memetik beberapa senar gitar sehingga timbullah bunyi dari petikannya.

"Thanks ya Rent. Jawaban lo buat gue ngerti tentang menjaga hati, juga tentang lebih mendekatkan diri pada Allah." Ujar Angga kemudian.

Renta hanya tersenyum mendengar jawaban Angga. Jawaban Angga membuat Renta mengerti bahwa Angga juga akan menjaga hatinya agar tidak terjebak pada cinta dunia yang membutakan.

"Thanks juga Angga. Thanks untuk jilbab putih itu." Ujar Renta lirih.

Angga menoleh ke arah Renta. Senyum Renta masih tak lepas dari bibirnya. Ia pun hanya merespon dengan senyuman khasnya.

Kini suasana taman terasa sangat menyenangkan. Renta dan Angga bersyukur dengan apa yang terjadi beberapa menit sebelumnya. Lagu Semesta Bertasbih dari Opick kini dinyanyikan oleh Angga. Petikan gitarnya membuat nyanyiannya bertambah indah. Semilir angin mendukung kenyamanan suasana taman sekolah kali ini.

Angga dan Renta bernyanyi bersama, saling tersenyum, ada kebahagiaan atas ilmu yang baru mereka dapatkan. Yah, mereka tetap menjadi sahabat, sahabat yang saling mengingatkan pada kebaikan.

Siswa-siswi di sekitar taman langsung menyerbu ke arah mereka. Duduk di sekitar mereka, dan menemani keduanya bernyanyi bersama.

TAMAT

Nurul Fitriani Winarsih ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar