Perjalananku, inspirasiku.
Malam yang kelabu masih lekat
mewarnai langit. Tapi tak lama lagi, dirinya akan digantikan oleh langit biru. Jam
menunjukkan pukul empat dini hari. Mataku yang semula terpejam mulai terbuka
perlahan. Aku mengedip-ngedipkan mataku. Terdengar sayup-sayup suara indah dan
merdu. Asalnya dari seorang muadzin yang mengumandangkan adzan melalui corong
masjid.
Waktu subuh datang. Allah telah
memanggil semua umat Islam. Aku bergegas ke kamar mandi untuk menyikat gigi,
lalu aku berwudhu’, dan kemudian aku melangkahkan kaki ke masjid. Dinginnya
pagi cukup mencekat kulitku, persis seperti pagi-pagi sebelumnya.
“Assalamu’alaykum! Anta sendiri, Roni?.”
Ujar lelaki yang seumuran denganku. Namanya Aldi. Bajunya putih bersih. Sarung warna
merah menjadi selendang di bahunya.
“Ya! Ana sendiri. Abi dan ummi sedang
menginap di rumah nenek.” Jawabku tenang.
“Oh, kalau begitu mari kita pergi
bersama ke masjid.”
Aku hanya tersenyum mengangguk.
Di perjalan kami berbincang tentang
sekolah, serta tentang beberapa kisah-kisah Islam. Lalu kami mendengar suara
indah nan merdu yang berasal dari balik rumah kecil bercat hijau.
“Indah, bukan? Namanya Ricki. Dia seorang
anak yang hebat menurutku. Meski kakinya lumpuh, dia memiliki semangat
beribadah yang luar biasa.” Ujar Aldi yang kemudian melangkahkan kakinya ke
rumah kecil itu.
Dia mengetuk pintu rumah Ricki. Dan keluarlah
seorang laki-laki yang duduk di atas kursi roda.
“Kak Aldi, mari kita ke masjid.”
Aldi tersenyum. Dia mendorong kursi
roda Ricki. Di perjalanan, dia memperkenalkan aku pada Ricki. Ternyata umurnya
2 tahun lebih muda dariku. Ah, aku merasa malu karena yang lebih muda dariku
memiliki semangat yang lebih besar.
“Ricki kamu suka baca Qur’an?”
Tanyaku penasaran.
“Sangat kak. Al-Qur’an itu kan
pedoman kita. Berisi firman-firman Allah Yang Maha Kuasa. Jadi aku sangat suka
membacanya.”
Aku dan Aldi tersenyum mendengar
jawabannya. Kami sudah sampai di masjid sehingga aku tak bisa bertanya lebih
banyak lagi. Bagiku, perjalanan ke masjid kali ini membuat aku mendapat sebuah
inspirasi.
Usai sholat subuh dan berdzikir, aku tuangkan semua
inspirasiku di atas selembar kertas. Ada banyak semangat yang mendorong majunya
Islam. Ricki contohnya, semangat hidup yang tidak pernah luntur karena selalu
berharap mendapat ridha Allah. Semangat positif yang tanpa sadarnya, telah mengalirkan energi positif pada orang-orang disekitarnya. Usai aku menulis, aku dan Aldi mengantar Ricki pulang ke rumahnya.
Bacaan Qur’an yang dilantunkan Ricki
sangat indah, mengingatkan aku pada Umar bin Khattab yang masuk Islam dengan
perantara mendengar adiknya melantuntkan ayat-ayat suci Al-Qu’an. MasyaAllah,
saat itu Umar kemudian pergi pada Rasulullah dan mengucap dua kalimat syahadat di
hadapan Rasulullah. Gema takbir pun menyeruak setelah Umar masuk ke dalam agama
yang mulia ini.
***
Matahari mulai menampakkan dirinya. Aku
sudah siap pergi sekolah. Ku kayuh sepedaku menuju sekolah tercintaku. Aku
melewati rerumputan hijau yang mendamaikan hati. Persawahan-persawahan itu membuatku
selalu damai.
Ku lihat para banyak orang yang sudah
mulai sibuk. Para guru mengayuh sepedanya untuk pergi mengajar, para petani
berjalan kaki untuk pergi ke sawahnya, dan para pekerja kantoran yang juga
pergi bekerja dengan sepeda ontelnya. Desa ini begitu indah, semua penduduknya
lebih memilih menggunakan sepeda ontel atau berjalan kaki dari pada menggunakan
sepeda motor atau mobil.
Aha! Lagi-lagi inspirasi muncul
begitu saja di otakku. Aku berhenti mengayuh sepedaku. Ku ambil buku kecil di
saku dan menuliskan sesuatu disana.
“Lihatlah sawah-sawah yang menghijau ini. Mereka seakan-akan perlambang
kedamaian. Lihatlah para manusia yang mengayuh sepedanya untuk pergi bekerja
atau menuntut ilmu, luar biasa bukan? Mereka menghempas rasa malas mereka dan
memilih untuk berlelah diri demi mendapat nafkah bagi keluarga serta demi
mendapat ilmu."
Lagi-lagi inspirasi datang dalam
perjalananku. Keren! Pikirku. Inspirasi ada dimana saja. Bukan hanya kali ini
atau semalam saja aku mendapat inspirasi ketika melakukan perjalanan, tapi
sudah cukup berkali-kali aku mendapat inspirasi yang kemudian langsung ku
tuliskan pada secarik kertas di dalam buku kecil bersampul warna hitam. Yah jika
tidak langsung ku tulis, semuanya akan terlupakan.
Inspirasi datang dimana saja dan
kapan saja. Sebagai hamba Allah, aku harus mampu melihat hal-hal kecil yang
biasa terjadi dalam hidup. Karena tanpa sadar, mereka begitu memiliki makna
yang berarti. Aku juga harus mampu memaknai hal-hal kecil yang kadang tanpa
sadar, mendorong terjadinya hal-hal besar. Bagiku, inspirasi akan lebih mudah
didapat jika diri ini mampu memaknai berbagai hal yang disekitarku. Alhamdulillah,
nikmat Allah begitu luar biasa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar