Hanya ingin menyalurkan hobi serta ingin berbagi, baik itu berbagi ilmu ataupun pengalaman hidup pada banyak orang:) semoga saja apa yang dibagikan ini bisa bermanfaat untuk para pembaca terutama untuk saya sendiri. Jika ada yang kesalahan dari tulisan saya, mohon bantuannya untuk bisa mengomentari. Terima kasih:) Selamat membaca! ^^

Rabu, 09 Maret 2016

Sakitku Berujung Kesadaran

Aku merasa berbeda.
Badanku panas.
Kepalaku sakit.
Aku tak karuan saat itu.
Selimut pun ku tutupkan pada badanku.
Wajahku pucat.
Aku merasa sakit.
Aku kira, itu demam biasa.
Tapi semakin hari, demam itu tak kunjung reda.
Demam itu semakin membuatku lemah.
Lemas.
Bahkan untuk berjalan pun aku merasa akan jatuh.

Aku sering berbaring saat itu.
Semua terasa tak nyaman lagi untukku.
Pagi, siang, sore, bahkan malam pun aku tak bisa terlelap dengan nyaman.
Tapi bukan hanya aku, ibu dan bapak pun begitu.
Tak sedetik pun mereka meninggalkan aku.
Ingin rasanya aku menyembunyikan sakit ini.
Mengatakan bahwa aku baik-baik saja.
Tapi sungguh aku tidak bisa.
Ketika keadaan lemah tak berdaya menjadi tamu dalam hidupku,
aku membutuhkan mereka.
Mereka yang selalu mendukungku.
Mereka yang selalu menjagaku.
Mereka yang selalu mengusap lembut air mataku.
Iya aku membutuhkan kasih sayang mereka.

Aku menangis.
Seringkali aku merasa lelah untuk melaksanakan perintah mereka.
Seringkali aku merasa lelah ketika mereka membutuhkan aku untuk meminta bantuanku.
Tapi mengapa?
Mengapa mereka seringkali tak pedulikan rasa lelah mereka untukku?
Mereka selalu merawatku.
Mereka selalu mengingatkanku pada kebaikan.
Mereka selalu berusaha membuatku bahagia.
Mengapa mereka tidak lelah?

Saat itu.
Aku benar-benar tak berdaya.
Untuk berjalan pun aku butuh bantuan.
Aku tertatih-tatih.
Jiwa dalam ragaku serasa pergi perlahan.
Aku hanya sering berbaring.
Jikalaupun harus berjalan,
itu hanya untuk mensucikan diri lalu sholat menghadap Ilahi.

Aku masih ingat.
Saat itu aku merasa sangat lemah.
Lalu aku bertanya pada Ibu :
"Bu, kenapa aku gak sembuh-sembuh ya?"
Dengan ketenangannya, ibu menjawab :
"Nanti kita periksa dokter ya. Ibu juga gak tahu kamu kenapa, yang kuat ya."
Mataku yang saat itu merasa panas.
Tiba-tiba saja meneteskan air mata.
Ibuku cemas padaku.
"Jangan menangis, Nak."
"Tidak, Ibu. Ini karena mataku merasa panas saja. Aku tidak menangis, Bu."
Jawabku tersenyum.
Baru kali itu aku merasakan tersenyum dengan menangis.

Aku tidak tau apa yang terjadi padaku.
Khawatir dalam diri pun menghantui.
Aku tidak tau kapan ajal akan menjemputku.
Yang aku tau.
Kematian perlahan-lahan menghampiri diri.
Saat itu aku berfikir.
"Sekarang kah waktunya?"
Memoriku memutar berbagai hal di masa silam.
Tampak jelas aku melihat ibu dan bapakku sedang merawatku.
Tersenyum padaku.
Memelukku dengan penuh kasih.

Aku juga melihat adik-adikku yang mewarnai hidupku.
Menghiburku kala sedih.
Bahagia bersamaku kala senang.

Aku melihat banyak orang yang aku sayangi.
Memoriku memutar berbagai kejadian indah bersama mereka.
"Akankah semuanya kan berakhir?"

Tak luput dari kebahagiaan, memoriku juga memutar berbagai kesedihan dalam hidup.
Tampak disana aku sedang marah pada orang tuaku yang tak mau mengabulkan keinginanku.
Begitu jelas terlihat raut sedih mereka.
Yah...
Aku belum membahagiakan mereka.

Air mataku mulai meleleh.
Saat itu aku merasa akan pergi.
Tapi aku tak bisa membahagiakan siapapun sebelum pergi.

Ibu dan bapak selalu memberiku kebahagiaan.
Mereka selalu ingin melihatku senang.
Tapi sakitku kali ini..
Membuat mereka sedih dan khawatir.
Karena mereka melihatku hanya terbaring lemah.

Kondisiku yang semakin lemah membuat mereka membawaku ke dokter.
Dan kemudian...
Dokter itu berkata sesuatu setelah memriksaku :
"Kenapa baru dibawa sekarang?"
Orang tuaku merasa khawatir.
Ada apa?
Akupun hanya bisa termangu mendengar jawaban dokter.
Beberapa resep obat diberikan oleh dokter itu pada kedua orang tuaku.
Dia juga menyarankan agar aku sering berjemur di pagi hari.

Setiap hari aku lakukan saran dari dokter itu.
Obat-obat itu pun aku minum teratur.
Aku saat itu sangat lemah.
Berjalan pun harus dibantu oleh ibu dan bapak.
Iya....
Aku tertatih-tatih menginjak bumi pertiwi.
Tapi aku bersyukur.
Karena aku memiliki ibu dan bapak yang senantiasa membantuku.
Pagi mereka.
Siang mereka.
Sore mereka.
Dan malam mereka.
Hanya mereka gunakan untuk merawatku.

Semakin hari, aku merasa semakin membaik.
Kekuatan dalam diriku mulai datang perlahan.
Alhamdulillah.
Aku merasa mendapatkan warna lagi dalam hidupku.
Kedua orang tuaku juga merasa senang.
Bahagia melihatku mulai ada peningkatan.

Iya.
Aku mengira..
Jiwa itu serasa akan pergi meninggalkan raga.
Tapi nyatanya..
Jiwa itu tetap dalam raganya.
Alhamdulillah.

Allah sedang mengujiku saat itu.
Dia juga ingin aku menyadari banyak hal.
Alhasil..
Aku pun menyadari banyak hal.

Alhamdulillah.
Hingga saat ini aku masih membuka mata.
Aku masih bisa melihat dunia.
Aku masih bisa menulis.
Aku beruntung.
Aku bersyukur.
Karena aku memiliki ibu dan bapak yang peduli padaku.
Aku memiliki orang tua yang sangat menyayangiku.
Orang tua yang selalu brusaha membuatku senang.
Orang tua yang senantiasa mengingat Allah.

Tapi..
Apakah orang tuaku senang memiliki anak sepertiku?
Sakitku membuat aku melihat perjuangan yang luar biasa dari orang tuaku.
Perjuangan luar biasa untuk membuatku sembuh dan tersenyum seperti semula.

Ibu, bapak...
Terima kasih untuk banyak hal.
Aku tak lagi ingin menyia-nyiakan kebaikan kalian.
Aku ingin membahagiakan kalian.
Dan maaf.
Maaf atas segala sikap dan sifatku yang membuat kalian marah.
Maafkan aku ibu, Bapak..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar