Senin, 15 Februari 2016

Jilbab Putih Itu (Part 2)

BAB 2
Terkuaknya Album Kuno


Semilir angin menerbangkan dedaunan yang berserakan di tanah. Cukup kuat angin menghempaskan dirinya. Kerudung tebal Renta bergerak mengikuti semilir angin.

"Cinta? Maksud lo?" Tanya Angga dengan keheranan yang tak kunjung padam.

"Iya, cinta. Masak lo ga peka sih?" Jawab Renta dengan wajah bingungnya.

"Cinta untuk.." ujar Angga yang sengaja memotong pembicaraannya.

"Untuk Allah. Cinta pada Allah yang membuat aku berubah seperti ini." Jawab Renta dengan senyum manis khasnya.

"Biasanya lo peka, Ga." Lanjut Renta kesal.

"Eh.. iya, iya sorry. Gue kurang nyambung aja jadi sedikit lemot." Jawab Angga canggung.

"Udah ah, Ga. Gue masuk kelas ya! Dah." Renta langsung melangkahkan kakinya dengan cepat. Bel masuk kelas sudah berbunyi. Sementara Angga hanya diam berdiri memperhatikan sosok Renta yang semakin lama semakin menghilang.

***

Renta memasuki kelasnya. Semua orang terkesiap melihat Renta yang berjilbab.

 Bagaimana bisa? Dia pernah bilang gak akan pakai kerudung kecuali kalau dia udah nikah, apa mungkin sekarang dia udah nikah? Dia juga sering bersikap seperti anak kurang bermoral, tapi kok sekarang malah jadi cewek berjilbab?

Yah seperti itulah pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak teman-temannya ketika melihat Renta yang berjilbab. Dan tetap dengan respon yang sama, Renta tak memperdulikan tatapan aneh mereka. Ia terus saja menguatkan hatinya bahwa dia harus berubah jadi lebih baik.

Renta bukan sosok yang pendiam, ia sosok wanita yang ceria namun sulit ditebak. Tapi kali ini dia berubah menjadi sosok pendiam. Pikirannya menerawang jauh pada sosok wanita paruh baya yang ia tinggalkan begitu saja tadi.

Pelajaran akan dimulai. Renta tersadar dari lamunannya. Ia mulai bersiap menerima pelajaran. 30 menit berlalu, semua pelajaran yang diterimanya hanya menjadi tulisan di atas kertas saja, tak satupun pelajaran yang dapat ia pahami.

Otaknya berusaha mencari jawaban tentang hal apa yang membuat mamanya tidak ingin ia memakai kerudung kecuali setelah menikah? Lelah memikirkan semua itu, jawaban yang ia cari tak kunjung ditemukan. Untuk menghilangkan rasa bosan, ia membuka handphonenya dan membaca beberapa artikel tentang kewajiban wanita menutup aurat. Ada beberapa surat di dalam Al-Qur'an yang berisi perintah untuk menutup aurat, salah satunya dalam surah Al-Ahzab ayat 59. Dalam surat itu, Allah memrintahkan kepada Nabi agar dia memberi tahu kepada istri-istrinya dan anak-anak perempuannya serta istri-istri orang mukmin bahwa hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh. Hal itu supaya mereka lebih dikenal sehingga mereka tidak di ganggu.

Renta termenung akan isi ayat ini. Dia ingat ketika dia melewati kerumunan lelaki yang biasa menyapanya dengan sapaan "pagi cantik" atau "pagi manis", tadi pagi mereka tidak lagi menggoda Renta. Mereka hanya memandang Renta yang kemudian mereka menundukkan pandangannya.

"Hem.. memakai jilbab ternyata membuat kita jauh dari gangguan laki-laki tak bermoral. Dan kenyataan itu sudah ditulis di dalam Al-Qur'an bertahun-tahun sebelumnya." Batinnya membisu.

"Tapi, bukankah ada juga wanita yang pakai jilbab tapi tetap diganggu? Lah kenapa bisa begitu ya?" Ucapnya lirih. Hampir tak ada yang mendengarnya. Tapi teman sebangkunya sangat peka sehingga dapat mendengar celoteh pelan Renta.

"Itu mah karena wanitanya juga yang gak bisa jaga sikap. Banyak lah yang kek gitu sekarang, tapi coba perhatikan kebanyakan dari mereka yang berjilbab dan masih diganggu itu karena sikap mereka yang masih kecentilan, atau karena berbagai tingkah lainnya yang bisa membuat para kaum adam tergoda. Entah dari dandannnya yang berlebihan, aksesoris yang dipakai terlalu berlebihan, atau hal lain yang berlebihan." Jawabnya lancar.

Teman sebangkunya ini telah berjilbab sejak smp. Dia sangat cocok dengan Renta, cocok kalau diajak bicara, cocok kalau diajak bercanda, dan cocok kalau diajak diskusi, selalu nyambung.

"Wah lo denger ucapan gue tadi ya. Padahal udah pelan banget." Ucap Renta senang.

"Kayak gak tau gue aja lo. Satu hal yang gak bisa lepas dari gue, terlalu peka. Itu yang lo ucapin dulu kan? Yah gak heran dong gue sekarang juga peka sama lo." Jawab teman sebangkunya merasa menang.

"Well, you win again!" Ucap Renta malas. Teman sebangkunya emang gak pernah mau ngalah.

Keduanya lalu kembali pada aktivitas masing-masing. Jawaban teman sebangkunya membuat Renta lebih mengerti tentang kewajiban wanita untuk berjilbab. Lalu.. ia kembali mengingat mamanya.

"Ini sudah jelas bahwa wanita diwajibkan untuk memakai kerudung. Gue emang udah ngecewain mama, tapi gue harap jalan yang gue pilih ini menjadi jalan yang mampu membuat mama sadar." Ujarnya membatin.

***

"Assalamu'alaykum. Maaa...." Sapa Renta ketika memasuki rumah mewahnya.

Tak ada jawaban, pasti karena mamanya merasa kecewa terhadapnya. Ia melangkahkan kaki menuju kamar mamanya. Ia mendengar ada suara isak tangis, samar-samar tapi pasti. Ia berfikir apakah mungkin mamanya menangis sejak tadi pagi dan masih belum berhenti? Renta lalu mempercepat langkahnya menuju kamar mamanya. Sesampainya di depan kamar mamanya, suara tangisan itu semakin jelas sehingga yakinlah dia bahwa mamanya lah yang sedang menangis. Ia membuka kamar mamanya perlahan, ia melihat mamanya membuka album foto yang tak pernah dikenalnya. Di kasurnya berserakan beberapa jilbab dengan berbagai warna.

"Mama.." ucapnya lirih.

Mamanya menoleh, matanya bengkak karena menangis, "kemarilah, Nak.." ucapnya lirih. Renta beringsut pergi menjauhi pintu kamar dan mendekati mamanya.

"Lihat ini, ini kakakmu.." Ujar mamanya dengan menunjukkan satu foto yang ada di album kuno itu.

Renta kaget, selama ini dia tak memiliki kakak tapi kenapa sekarang mamanya bilang orang di dalam foto itu adalah kakaknya?

"Kamu gak tau kan ini kakakmu? Iya, mama sengaja tidak memberi tahumu agar kamu tidak seperti kakakmu."

"Em? Kakak? Terus sekarang kakak dimana, Ma?" Tanya Renta yang mencoba untuk tegar.

"Dia sudah meninggal. Karena kejadian sial itu." Jawab mama Renta yang terlihat geram.

"Mama tidak ingin kamu tau karena mama tidak mau kamu seperti kakakmu. Mama sudah berkomitmen untuk memberi tahumu setelah kamu menikah." Ujar mama Renta dengan air mata yang menetes perlahan.

"Kakak kenapa, Ma?" Tanya Renta yang berusaha untuk tetap tegar.

"Karena jilbab-jilbab ini, kakakmu celaka." Jawab mama Renta seraya menunjuk jilbab-jilbab yang berserakan di sekitarnya.

Renta mengerutkan dahinya. Tak mungkin karena jilbab kakaknya menjadi celaka. Pasti ada human error dalam kejadian itu.

"Tolong ceritakan semuanya, Ma." Pinta Renta lembut.

Mama Renta menarik nafas lalu menghembuskannya kembali.

"Saat itu, kakakmu adalah wanita tercantik di sekolahmu. Awal masuk SMA, dia tidak memakai jilbab. Tapi.. setelah melewati 2 semester, kakakmu mulai menggunakan jilbab. Setelah ia menggunakan jilbab, dia sering dibully teman-temannya. Mama tidak tau bagaimana kakakmu dibully. Mama hanya melihat ada ketakutan yang sangat mendalam pada mental kakakmu." Papar mama Renta mencoba tegar.

"Kakakmu hanya bercerita, banyak teman-temannya yang menyangka dia hanya menggunakan jilbab sebagai kedok saja. Yah memang sebelumnya kakakmu adalah wanita yang sangat nakal, tidak bermoral, tapi dia berubah setelah menggunakan jilbab. Dia benar-benar menyadari kesalahannya. Tapi sahabat karibnya tidak menerima itu semua. Sahabat karib ketika kakakmu masih nakal merasa tidak percaya pada perubahan kakakmu. Mereka berusaha mengganggu kakakmu, tapi kakakmu kekeuh mempertahankan jilbabnya. Aku dan ayahmu tidak begitu paham masalah agama, kami tidak bisa mendorong dia untuk tetap mempertahankan jilbabnya dan kami malah mendukungnya agar melepas jilbabnya." Mamanya mulai terisak cukup keras.

Tanpa disengaja, air mata Renta jatuh begitu saja.

"Tapi kakakmu tetap saja kekeuh. Dia sama sekali tak terpengaruh dengan tekanan-tekanan itu, malah saat itu kakakmu mulai mengajari kami betapa pentingnya berjilbab. Dia membawa kami untuk lebih dekat pada Allah. Kakakmu sangat kuat, meski dia sering mendapat tekanan tapi ia tetap kekeuh dengan keputusannya.

Teman-teman kakakmu yang tidak menyukainya semakin mengganggunya setelah dia disukai oleh banyak guru dan murid-murid yang lain, padahal sebelumnya mereka dan kakakmu dibenci oleh banyak orang karena sering membuat onar. Juga saat itu kakakmu disukai oleh seorang pemuda tampan yang juga disukai oleh teman-teman kakakmu dulu. Entah setan apa yang merasuki mereka. Hanya karena kakakmu disukai banyak orang dan disukai oleh seorang pemuda tampan, mereka berani membekap kakakmu di satu ruangan gelap berdebu. Mereka membuka jilbab kakakmu secara paksa dan mereka menutup ruangan itu dan menguncinya.

Kakakmu punya asma. Mama tidak tau apa yang terjadi, tapi ketika kami menemukan kakakmu di ruang gelap itu kakakmu sudah terbaring lemah dengan jilbab panjangnya. Wajahnya terlihat tenang. Matanya masih terbuka dengan nafas yang tersengal-sengal, kami terlambat datang. Ketika mama mengangkat kepalanya ke atas pangkuan mama, dia tersenyum pada mama. Manis sekali... lalu dia menutup matanya."

Air mata Renta jatuh semakin deras, dia memeluk mamanya dengan erat. Mamanya menangis dengan luka yang kembali dirasanya.

"Saat itu mama sangat sedih. Tapii.. mama tetap lega karena teman-teman kakakmu kemudian ditahan di kantor polisi dan dipenjarakan dengan sebab penganiayaan. Itu sebabnya mama bisa tau bagaimana orang-orang tak bermoral itu memperlakukan kakakmu. Yah, mereka menjelaskan semuanya di kantor polisi. Oh ya, sejak saat itu, anak kecil yang memberi tahu kejadian yang terjadi terhadap kakakmu mama beri hadiah. Mama sekolahkan dia. Sekarang dia sudah besar, dia adalah supir muda kita. Sejak saat itu juga mama sangat menyukai anak kecil." Papar mama Renta dengan senyum yang mengembang. Sementara di pipinya masih terus mengalir air mata beningnya.

"Dan sejak saat itu mama kesal pada Allah yang telah mengambil anak mama. Mama tidak percaya bahwa jilbab itu membuat kita lebih bahagia. Pemuda itu juga menyukai kakakmu karena dia berubah menjadi wanita berjilbab, jd mama pikir sebaiknya kamu berjilbab setelah menikah saja." Lanjut mama Renta.

Renta hanya diam, dia merespon semua penjelasan mamanya dengan air mata.

"Mama tidak mau kehilangan anak mama lagi.." Ujar mama Renta yang semakin erat memeluk Renta.

Bersambung...

1 komentar: