Hanya ingin menyalurkan hobi serta ingin berbagi, baik itu berbagi ilmu ataupun pengalaman hidup pada banyak orang:) semoga saja apa yang dibagikan ini bisa bermanfaat untuk para pembaca terutama untuk saya sendiri. Jika ada yang kesalahan dari tulisan saya, mohon bantuannya untuk bisa mengomentari. Terima kasih:) Selamat membaca! ^^

Selasa, 01 Maret 2016

Daun Kecil yang Menyukai Bintang


Kepalsuan Suasana Hati


"Agenda minggu ini.. ngumpul bareng mereka..Hffffttt..." ujar Farah lalu mengehempaskan dirinya di atas sofa kamarnya.

Matanya menerawang ke sekeliling ruang kamar. Mencari-cari alasan untuk tidak datang di acara ngumpul bareng nanti.

"Aha! Aku beralasan ada kepentingan aja." Ujarnya senang.

Wajahnya sumringah. Tapi berselang beberapa detik, wajahnya berubah murung lagi.

"Tidak, aku tidak bisa bohong. Itu tidak diperbolehkan oleh Allah." Ujarnya membatin.

"Apa gunanya aku mencari alasan? Untuk menjadi pengecut? Sudahlah, jalani saja." Lanjutnya tetap membatin.

Malas memang untuk ikut berkumpul bersama sahabat-sahabatnya, karena ada tidak adanya Farah itu tetap akan sama saja. Tapi Farah memilih untuk tidak menjadi pengecut yang kabur dari setiap permasalahan.

Ting nung..
Sebuah pesan masuk ke salah satu sosial media Farah.

"Halo guys, nanti jangan lupa jam 10 kita ngumpul di taman rumah Reni ya!"

Begitulah pesan yang tertera di layar hapenya. Tertera juga nama pengirimnya, Denta. Dia hanya mendengus lelah melihat pesan itu.

"Biasanya ngumpulnya di taman depan rumah. Heh, sekarang semuanya hanya kenangan." Ujar Farah seraya tersenyum kecut.

***

"Morning guys!" Sapa Reni pada ketiga temannya yang lebih dulu sampai di taman rumahnya.

"Heh, salam dulu kek. Kebiasaan deh yaa." Ujar Denta mengingatkan.

"Assalamu'alaykum sahabat-sahabatku." Ucap Reni kemudian.

"Wa'alaykumussalam wa rahmatullah." Jawab ketiganya yang kemudian disusul gelak tawa senang.

"Eh, btw. Farah mana nih?" Tanya Sinta.

"Yah dia pasti telat lagi, Sin. Dia kan ratunya telat!" Jawab Silvi tersenyum.

"Hehehe, yaudah kita tunggu aja. Eh tapi, kalian ngerasa ada yang aneh enggak sama Farah?" Ujar Denta yang berhasil membuat ketiga temannya terheran-heran.

"Maksud kamuu, Den?" Jawab Sinta tak mengerti.

"Akhir-akhir ini kita kan sering ketemu, trus kita juga sering chat di sosmed, aku ngerasa Farah yang di chat sama yang ketemu langsung itu beda." Ujar Denta sok misterius.

"Ah enggak deh, Den. Kita udah saling kenal cukup lama. Sejak SD! Farah kan orangnya emang berubah-ubah kan, gak bisa ditebak. Mungkin perasaan kamu aja kali?" Jawab Silvi yang merasa Farah baik-baik saja.

"Enggak, Vi. Dia beda. Ada yang dia sembunyiin dari kita. Atau mungkin dia ada masalah?" Ujar Denta yang masih teguh pada pendapatnya.

"Enggak kok, Den. Aku kan sekelas sama Farah sekarang, dia gak pernah cerita ada masalah kok. Dia tetep seperti biasa." Jawab Sinta mencoba meyakinkan Denta.

"Iya, Den. Lagi pula dia akhir-akhir ini sibuk sama kegiatan barunya, kan? Chat sama kita aja dia jarang. Mungkin ya karena dia sibuk aja." Ujar Reni yang juga merasa Farah baik-baik saja.

"Ahh, gitu.. Mmm, ya mungkin perasaanku saja." Jawab Denta yang kemudian memilih mengalah. Namun hatinya tetap merasa ada yang Farah sembunyiin.

"Tapiiii....." Lanjut Denta kemudian.

"Sssst!" Ujar Reni seraya matanya memberikan sinyal akan kedatangan seseorang.

Keempat gadis itu diam seketika. Kedatangan Farah cukup membuat mereka gugup karena sedari tadi mereka membicarakan Farah.

"Morning Faaaaraaaahhh!!" Ujar Reni kemudian. Suaranya begitu keras sehingga Silvi yang duduk di sebelahnya spontan menutup telinganya. Tangannya melambai ke arah Farah.

Farah hanya tersenyum, senyum yang dipalsukan. Wajahnya tetap tampak senang melihat keempat sahabatnya. Bagaimanapun dia menyayangi keempat sahabatnya itu, hanya saja sekarang dia merasa lelah dengan semua sikap sahabatnya yang ia rasa menganggapnya seperti daun kecil.

"Haaaii. Assalamu'alaykum..." Ujar Farah berusaha menyembunyikan kepalsuan senangnya.

"Wa'alaykumussalam wa rahmatullah." Jawab keempat sahabatnya berbarengan.

Suasana menjadi tegang. Denta, Sinta, dan Silvi tidak cukup jago dalam berakting. Sikap mereka dalam menyembunyikan apa yang terjadi sebelumnya sangat terlihat. Farah lagi-lagi merasa tak nyaman, dia cukup peka dengan lingkungannya. Ada sesuatu yang mereka bicarakan sebelumnya, tapi mereka tidak ingin Farah tau. Sementara Reni yang jago berakting segera mengambil tindakan untuk mencairkan suasana.

"Farah kamu dateng telat lagii. kebiasaan dah." Ujar Reni seraya memoncongkan bibirnya.

"Hehe iya tadi masih ada kerjaan." Jawab Farah singkat. Alasan ini hanya untuk menutupi ketidak inginannya untuk bertemu mereka.

"Dasar ratu telat!" Ujar Reni kemudian. Gigi-gigi putihnya kini ia perlihatkan
.
"Kalian membicarakan apa tadi? Asik sepertinya." Ujar Farah mencoba megorek informasi.

"Ah, itu. Kita tadi lagi bicarain salah satu film Indonesia." Jawab Sinta yang masih tampak kegugupannya.

"Bener, Far. Ceritanya emang asik banget." Ujar Silvi mencoba meghilangkan kegugupannya.

"Iya kah? Apa judulnya?" Tanya Farah kemudian.

Keempat sahabatnya cukup kaget dengan pertanyaan Farah. Mereka melirik satu sama lain, tidak tau harus menjawab apa.

"Judulnya itu, apa udah Den?" Ujar Silvi yang kembali gugup.

Denta terkesiap, dia bingung harus menjawab apa. Sahabatnya, Silvi, memang seringkali melemparkan pertanyaan yang sulit pada Denta. Denta hanya bisa gugup, tapi sejurus kemudian dia langsung menjawab pertnyaan itu dengan berharap Farah berhenti bertanya lagi.

"Itu loh, Far. Negeri 5 Menara! Mantra Man Jadda Wa Jada." Ujar Denta tersenyum lebar.

"Oh, aku juga belum lihat film itu. Lihat bareng yuk nanti?" Ujar Farah tersenyum. Ia sebenarnya tidak percaya dengan jawaban sahabat-sahabatnya. Dia tetap merasa ada yang mereka sembunyikan dari dirinya. Tapi, semua ketidak percayaannya dia tepis. Ia tidak ingin menambah kekesalan pada sahabat-sahabatnya itu.

"Okeeee deehh. Siaaap" Jawab keempat sahabatnya hampir berbarengan.

Semua kegugupan perlahan sirna. Mereka kembali pada suasana senang. Tertawa bersama, bercerita bersama, makan bersama dan minum bersama. tapi semua itu tidak berlaku untuk Farah, suasana senang di hatinya tetap dalam kepalsuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar