Memori Tentangnya
Matahari
berlalu.
Bersembunyi
di tempat yang tidak ku tahu.
Yah,
sumber cahaya dunia sedang bersembunyi.
Memberi
kesempatan langit hitam untuk menyelimuti.
Bulan
untuk menyinari
Serta
para bintang yang membantu bulan tuk menerangi.
Lihatlah,
mereka sangat indah.
Bahkan
teramat indah.
Ciptaan
Allah selalu membuatku takjub.
Selalu
dan selalu.
Aku
terdiam disini.
Di
atas kursi kayu tua.
Aku
tersenyum melihat bintang yang bertabur dengan indah.
Mereka
menyimpan banyak kenangan antara aku dengannya.
Dengan
seseorang yang kini pergi dengan sebuah rahasia.
Sebuah
rahasia yang seringkali menyita pikiranku.
Rahasia
yang sangat ingin ku tahu.
Rahasia
tentang sebuah alasan.
Alasan
mengapa ia pergi begitu saja.
Aku
menyunggingkan senyum.
Merasa
aneh dengan diriku sendiri.
Merasa
benci, tapi tidak.
Merasa
suka, juga tidak.
Ah
biarlah. Sejak dulu aku anggap dia “kakak”
Tapi
saat ini, mungkin tidak lagi.
Ya,
mungkin.
Gadis
itu menutup buku diarynya. Ia memeluknya erat. Lembar demi lembar telah terisi
dengan cerita tentang “kakak”nya. Iya kakak, tepatnya seseorang yang
dianggapnya kakak. Entah bagaimana, meski enam tahun telah berlalu, memori
tentang kakaknya tak bisa ia lupakan. Baginya, ia adalah orang pertama yang
mengajarkannya tentang bagaimana memiliki seorang kakak. Bagaimana memiliki
seseorang yang selalu membantunya dalam keadaan sulit, Seorang kakak, seorang
saudara.
“Dia kini telah bahagia bersama
teman-teman barunya.”
Kalimat
itu lagi-lagi membatin dalam diri Farah. Kalimat keramat yang membuatnya sedih
beriring ikhlas yang terdalam. Baginya, kebahagiaan seseorang itu adalah
kebahagiaannya juga. Setiap ia mengingat kalimat itu, ia tersenyum dari
sedihnya atau mungkin menangis dari tawanya. Seringkali ia bertanya, apakah
mungkin dia mencintai seseorang itu? Sehingga memori tentangnya tak pernah bisa
ia lupakan. Tapi tidak, dirinya begitu keras menolak pernyataan itu. Dia
menyayanginya, sebagai seorang kakak. Kakak yang pertama kali mengajarkannya
tentang arti “adik” dan “kakak.” Dan juga.. karena rahasia itu. Rahasia tentang
alasan seseorang itu meninggalkannya. Hm. Farah benar-benar tidak mengerti apa
yang harus ia perbuat. Selama rahasia itu belum ia buka, memori tentang
seseorang itu akan tetap lekat.
Farah
bangkit dari duduknya. Cukup ia mengenang “kakaknya” saat ini. Dia tidak ingin
lagi menangisi kakaknya. Ia tidak ingin, saat di akhirat nanti, kakaknya
mendapat hukuman atas air mata yang jatuh dari mata indah Farah. Farah harus
belajar ikhlas.
−•◊•−
Tidak ada komentar:
Posting Komentar