Hanya ingin menyalurkan hobi serta ingin berbagi, baik itu berbagi ilmu ataupun pengalaman hidup pada banyak orang:) semoga saja apa yang dibagikan ini bisa bermanfaat untuk para pembaca terutama untuk saya sendiri. Jika ada yang kesalahan dari tulisan saya, mohon bantuannya untuk bisa mengomentari. Terima kasih:) Selamat membaca! ^^

Rabu, 01 Juli 2015

Cerpen Kedua





Aku Memilih Diam

Wajah yang tampan, gaya yang menarik, penampilan yang keren, jago main gitar, semuanya berpadu dalam diri Reyhan, sosok lelaki yang di idamkan oleh banyak wanita. Walaupun tingkahnya kurang baik, tapi penampilan menariknya telah membuat hati banyak wanita tak karuan. Bayang-bayang dirinya pun telah melewati kehidupan banyak wanita. Termasuk kehidupan Rena, wanita berparas ayu yang sangat suka menggunakan jilbab hijau.
Rena, sosok wanita yang menyukai Reyhan dalam diam. Tak berani ia bertingkah centil seperti wanita-wanita lainnya yang saling berebut mendapat perhatian dari Reyhan. Ia hanya melihat Reyhan dari kejauhan, mengenal Reyhan dari penilaian teman-temannya. Awalnya Rena membenci Reyhan. Sikap Reyhan yang kurang sopan pada orang yang lebih tua, bicaranya ceplas-ceplos tak beretika hingga menyakiti hati orang lain, semua itu membuat Rena tidak menyukainya. Wajar saja Rena tak suka, kepribadian mereka bertolak belakang. Rena memiliki tingkah sopan santun, ramah pada setiap orang yang ditemuinya, menjaga lisan agar tidak menyakiti hati orang lain, semua berbeda dengan Reyhan. Tapi siapa sangka sekarang Rena menyukainya.
Mereka tak pernah saling menyapa. Sekalipun bertemu, mereka hanya lewat layaknya dua orang yang tak saling kenal. Tapi siapa sangka? Ketika mereka berpapasan, Reyhan seringkali melirik Rena. Begitupun dengan Rena. Bahkan mereka sempat salting ketika mata mereka beradu tatap tanpa sengaja.
Rena merasa dirinya tak cocok untuk Reyhan. Selain sikap yang bertolak belakang, penampilan mereka juga bertolak belakang. Rena adalah gadis yang berpenampilan sederhana dengan jilbab yang menjulur panjang. Sedangkan Reyhan adalah lelaki yang sangat keren dengan semua kemewahan yang dimiliknya.
Begitupun dengan Reyhan. Dia juga merasa tidak cocok untuk Rena yang berjilbab. Baginya wanita berjilbab tidaklah keren untuk dijadikan pacar. Tapi tak bisa dia bohongi bahwa dia merasakan ketenangan ketika melihat Rena si wanita berjilbab.

---

“Yoyo bentar lagi bakalan ada pawai besar-besaran di kota kita tercinta. Sekolah kita bakalan ikut juga nih. Ada beberapa siswa yang bakalan dipilih untuk mengikuti pawai. Dan ada juga nih yang dipilih jadi paangan pengantin! Wo.. wo.. siapa nih, langsung aja, Reyhan NurSiddiq akan mewakili sekolah kita untuk mengikuti Pawai. Dan pasangannya adalah Renanda Nur Sabrina. Acara akan dimulai 2 minggu lagi di hari Senin jam 8 pagi. Startnya di alun-alun kota. Wajib hadir loh ya buat lihat sekolah kita. Oh ya buat kak Reyhan dan kak Rena, diharap segera menghadap Pak Andi untuk menerima pengarahan gimana biar jadi pasangan pengantin yang serasi. Hahaha! Semangat ya kak!” celoteh Dinda dengan bersemangat membuat Reyhan dan Rena sangat kaget mendengarnya.
“Bagaimana mungkin? Di sekolah ini banyak wanita yang lebih cantik dari Rena. Tapi mengapa Rena yang dipilih? Aku harus tanyakan Pak Andi nih. Aku bisa salah tingkah terus kalo di deket Rena. Selama ini aku hanya meliriknya, tak pernah berbicara dengannya. Ah! Sial.” Gumam Reyhan
“Kenapa bisa seperti ini? Bagaimana aku bisa menjaga hatiku jika aku terus saja di dekatnya nanti? Aku harus meminta Pak Andi menggantinya. Tapi dengan alasan apa?.” Gumam Rena
Mereka bergegas menemui pak Andi setelah mendengar siaran informasi dari Dinda. Di tengah perjalanan mereka banyak yang berbisik layaknya nyamuk, “Rena enak bener lu, jadi pasangan Reyhan”, “Eh Rena tuh, gimana bisa dia jadi pasangan Reyhan? Kok bisa dia sih yang dipilih Pak Andi?”. Ah! Raut muka Rena mulai tampak kesal, tapi dia menahannya dan akan meluapkannya pada guru BKnya yaitu Pak Andi. Sedangkan Reyhan juga mendapatkan desas desus tak menyenangkan, “cielah Reyhan dipasangin sama cewek berjilbab.”, “Eh Reyhan yang nakal dipasangin sama Rena yang baik hati. Kasian sekali si Rena itu,” Seperti biasa Reyhan hanya mendengus menanggapi pembicaraan mereka. Sudah terbiasa dengan segala desas desus tak karuan, sikapnya pun sudah terbiasa untuk menanggapi segala omongan mereka.
“Assalamu’alaykum, Pak.” Salam Reyhan dan Rena hampir bersamaan.
“Wa’alaykumussalam wa rahmatullah. Ada apa kalian? Kok merah padam gitu wajahnya” guyon Pak Andi.
Mereka kaget karena mereka datang di waktu bersanaan. Pikiran mereka berkecamuk. Bagaimana mereka bisa meluapkan ketidak setujuan akan keputusan yang diumumkan tadi? Jika tidak di ungkapkan dengan cepat, keputusan itu akan terus berjalan.
Mereka saling melirik, namun dengan sekejap waktu mereka kembali menundukkan pandangan. Perasaan aneh itu lagi-lagi muncul. Bahkan untuk waktu yang sedikit lama suasana ruaangan BK hening tanpa suara.
“Ekhm. Kalian kesini untuk menerima pengarahan dari saya, kan? Ayo duduk di depan bapak.” Ujar Pak Andi tenang.
“Tapi, pak. Ada yang harus saya ungkapkan terlebih dahulu.” Ujar Rena gugup.
“Saya juga, Pak.” Ujar Reyhan menyusul
“Apa yang ingin kalian sampaikan?” Tanya Pak Andi.
“Saya kurang bersedia mengikuti pawai ini sebagai seorang pengantin, Pak. Saya tidak bisa memerankannya dengan baik.” Ujar Rena.
“Saya juga begitu, Pak.” Ujar Reyhan singkat.
“Kalian hanya malu. Kalian tau? Ini bukan perintah saya untuk menjadikan kalian sebagai pasangan pengantin untuk pawai. Tapi ini perintah dari Bu Dini sebagai guru kesiswaan sekaligus guru kesenian. Kalian pasti tau, selera Bu Dini dalam memilih itu memiliki banyak pertimbangan. Bu Dini juga mengenal semua siswa di sekolah ini. Dan pilihan bu Dini adalah kalian, jadi bapak yakin kalian sudah cocok.” Jawab Pak Andi panjang lebar.
“Tapi, Pak….”
“Oke saya langsung beri kalian pengarahan bagaimana kalian harus bersikap di depan banyak orang sebagai pasangan pengantin saat pawai nanti. Kalian akan naik odong-odong yang dihias nanti.”
“Kenapa odong-odong…… (?)” gumam Reyhan dan Rena bersamaan.

---

Pada akhirnya mereka tak bisa merubah keputusan. Desas-desus semakin hari semakin surut. 1 minggu sejak pengumuman itu sudah berlalu. Reyhan dan Rena sudah semakin sering berbicara. Menjadi pengantin saat pawai besar-besaran itu ternyata bukan hanya duduk berdiam diri. Tetapi juga dengan adegan drama untuk membuat suasana pawai semakin meriah. Ternyata pawai ini bukan seperti pawai biasanya, pawai ini disertai dengan pertunjukan drama singkat berdurasi 5 menit. Pantas saja pawai ini dikenal dengan pawai besar-besaran. Maka dari itu Rena dan Reyhan harus sering latihan karena pawai akan dimulai 1 minggu lagi.
Drama mereka menjadi sedikit sulit karena Rena tak mau beradegan saling berpegangan tangan. Hal itu menjadi sulit dicerna oleh Reyhan. Mengapa Rena menolak untuk berpegangan tangan? Padahal itu hanya acting saja.
“Ren, kenapa kamu gak mau adegan pegangan tangan? Kan cuma acting, Ren.” Tanya Reyhan dengan sikap cueknya.
“Itu dilarang dalam agama kita.” Jawab Rena dengan senyum mengembang di bibir manisnya.
“Maksudnya Ren?” jawab Reyhan dengan mengernyitkan dahi
“Dalam Islam, kita dilarang bersentuhan dengan orang yang bukan mahram kita. Hukumnya haram.”
“Apa gunanya Islam melarang itu, Ren?”
“Untuk menjaga kita. Untuk menjaga kesucian kita. Kita manusia biasa, tidak dapat menghindar dari godaan syaitan. Ketika wanita dan laki-laki bersentuhan, tidak kecil kemungkinan jikalau syaitan akan menghasut mereka untuk tidak berhenti hanya pada berpegangan tangan saja. Bisa-bisa menjalar pada berpelukan. Lalu akan berhentikah syaitan? Tidak. Bisa jadi dia menggoda mereka ke jalan yang lebih sesat lagi. Lagi pula dalam hadist sudah ditegaskan bahwa seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi itu masih lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal (bukan muhrim) baginya.” Jelas Rena panjang lebar.
“Sekarang aku mengerti.” Jawab Reyhan sambil menundukkan kepalanya.
Rena melihat ekspresi Reyhan, ada yang tersembunyi dalam tundukannya. Oh Allah. Betapa kacaunya hati Rena ketika melihat orang yang dikasihnya tertunduk dalam kesedihan.

---

“Assalamu,alaykum, Rena.” Sapa Reyhan dengan melipatkan tangan di depan dada.
“Wa’alaykumussalam wa rahmatullah.” Jawab Rena dengan melipatkan tangannya juga.
“Pawai udah 3 hari lagi. Siap jadi pengantin?” guyon Reyhan.
“Hehe. Siap gak siap tetep harus siap toh. Lagi pula ini hanyalah acting.” Jawab Rena singkat.
“Kau terlihat tidak sehat, Ren. Sakit?”
“Demam biasa. Terlalu diforsir mungkin.”
“Jaga kesehatanmu ya, Ren.”
Rena hanya mengangguk mendengar perkataan Reyhan. Tak disangka dia bisa sedekat ini dengan Reyhan. Saling berbagi kisah duka maupun suka. Mereka menikmati udara pagi di taman sekolah. Siswa siswi berlalu lalang melewati taman sekolah. Yah taman sekolah memang tempat yang indah unuk pagi hari.
“Yang kau sampaikan padaku 4 hari lalu membuatku tersadar, Ren.” Ucap Reyhan lirih.
“Alhamdulillah. Tersadar akan hal apa?” Jawab Rena lembut
“Aku sempat khilaf di masa lalu. Saat aku kelas 3 SMP, Kakakku dirawat di rumah sakit. Saat itu aku baru mengenal dunia pacaran dan saat itu pula aku punya pacar pertama. Namanya Sinta, kulitnya putih, wajahnya cantik dan rambutnya panjang bergelombang. Dia wanita tercantik di sekolahku. Banyak lelaki menyukainya. Tapi akulah lelaki yang dipilih untuk jadi pacarnya. Betapa senangnya hatiku saat itu. Hari terus berlalu, aku dan dia semakin dekat. Kami tak mengenal batasan dalam Islam saat itu. Pegang tangan dan berpelukan menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan. Hingga saat itu tiba, saat dia ulang tahun. Aku menyiapkan kejutan untuknya. Aku berharap dia akan senang dengan hal itu. Tapi pada saat itu juga sakit kakakku mulai parah. Kakakku berjuang antara hidup dan mati. Aku menemaninya sejak pagi. Tapi dia tetap merasakan sakit yang teramat di otaknya. Dia mengidap kanker otak sejak kelas 1 SMP. Dia selalu menasihatiku agar tidak berpacaran. Dan ketika dia tau bahwa aku berpacaran, dia hanya tersenyum dan menasihatiku untuk meninggalkan Sinta. Dia khawatir aku akan terjebak pada jurang kemaksiatan. Tapi aku tetap bersi keras untuk tidak meninggalkan Sinta karena aku yakin bisa menjaga diri dalam berpacaran. Pada malam hari aku ijin pada orang tuaku untuk pergi memberikan kejutan pada Sinta. Kakakku melarangku pergi, tapi aku tidak memperdulikannya karena pada malam itu keadaannya mulai membaik. Jadi aku kira tidak apa-apa jika aku pergi untuk malam itu saja. Aku pergi menuju rumah Sinta, tak sabar ku ingin memberikan kejutan berupa boneka Bear besar yang dia inginkan selama ini. Saat aku sampai di rumah Sinta, aku melihat ada mobil sport merah di depan rumahnya. Aku kira itu milik keluarganya. Tapi setelah aku memasuki ruang tamu, dia sedang bepegangan tangan dengan seorang lelaki tampan ditemani kue tart beserta beberapa lilin yang membentuk love.” Jawab Reyhan yang mulai tertunduk.

Lalu Reyhan tersadar bahwa dia terbawa suasana sehingga menceritakan apa yang dirahasiakannya kepada Rena. Dia meminta maaf pada Rena karena telah bercerita sepanjang itu.
“Tak masalah Reyhan. Aku ingin mendengar lanjutan ceritamu. Kalau kamu gak keberatan sih.” Jawab Rena dengan gaya santainya.
“Yah di depan mataku sendiri, Sinta yang awalnya berpegangan tangan lalu mereka berpelukan. Tentu aku emosi melihat wanita yang aku sayangi dipeluk orang lain. Aku mendekati mereka dan memukul laki-laki itu. Tapi Sinta melarangku dan dia berkata bahwa dia tidak ingin lagi bersamaku karena dia menemukan seorang laki-laki yang lebih tampan dan lebih kaya dariku. Awalnya aku tak percaya, selama ini dia memegang tanganku dan memelukku dengan kasih sayang. Lalu bagaimana bisa itu terjadi? Dia hanya mengaku bahwa semua itu hanya kepalsuan belaka. Dia hanya ingin memanfaatkan kekayaanku.  Sedangkan kasih sayangnya hanyalah untuk laki-laki yang bersamanya tadi. Dan aku lebih tidak percaya lagi bahwa laki-laki itu adalah sahabatku sendiri. Aku sakit saat itu. Apalagi ketika aku kembali ke rumah sakit kakakku mengehembuskan nafas terakhirnya. Aku menyesal mengapa aku menukarkan waktu unuk menemani kakakku dengan memberikan kejutan pada wanita tak beretika itu! Semuanya sudah berlalu, tapi aku tetap menyesal karena aku tidak mendengarkan nasihat kakakkuu untuk meninggalkan Sinta. Bahkan ketika dia menghembuskan nafas terakhirnya aku tidak ada di sampingnya.” Ujar Reyhan penuh penyesalan. Air matanya jatuh menyetuh bangku kayu yang didudukinya.
“Sejak saat itu aku menganggap semua wanita itu sama. Aku tidak percaya dengan status teman. Aku merasa tidak ada yang benar-benar menjadi teman. Dan yang kau jelaskan padaku beberapa hari lalu, membuatku sadar akan jawaban lain tentang mengapa kakakku saat itu tidak mengijinkan aku berpacaran. Selain agar aku tak tersakiti, juga agar aku terhindar dari kemaksiatan.”
“Sudah selesai?”
“Maksud kamu, Ren?” jawa Reyhan dengan mengkerutkan dahinya.
“Ceritamu cukup panjang. Tapi aku menyukainya.”
Reyhan tersenyum mendengarnya. Dia mengira Rena bosan mendengar ceritanya. Dugaan Rena benar, dia memiliki sesuatu yang tersembunyi. Dia terlihat sangat berbeda ketika menceritakan kisahnya. Dia yang nakal, tak sopan dalam berbicra, ternyata hanyalah pelampiasan atas penyesalannya.
“Tak semua wanita seperti Sinta, tak semua teman seperti teman masa lalumu. Karena Allah menciptakan manusia dengan kepribadian yang berbeda. Rahmat Allah itu luas, Reyhan. Yang terjadi padamu hanya salah satu bentuk kasih sayang Allah agar kamu bisa terjaga dari kemaksiatan dan agar kamu bisa membedakan mana teman yang baik dan yang buruk. Serta agar kamu bisa lebih memahami betapa besarnya kasih sayang dari keluarga.” Jawab Rena lembut
Reyhan diam sejenak. Dia menyaadari banyak hal dengan apa yang diucapkan Rena. Senyumnya mengembang indah. Rena melihatnya sejenak. Hatinya bahagia.

---

Hari yang cerah. Burung-burung menari riang menyambut pagi. Sejuk embun pagi menambah keindahan alam semesta. Oh Maha Besar Allah Yang Menciptakan semua ini. Hari ini pawai besar-besaran akan berlangsung. Rena dan Reyhan akan memainkan drama sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai dan saling menghormati. Tak ada adegan berpegangan tangan. Reyhan hanya akan mengutarakan perasaannya kepada Rena. Walaupun tidak sesuai dengan keinginan Bu Dini, tapi Bu Dini menyadari dan memahami keinginan Rena dan Reyhan.
Rena menggunakan busana muslim hijau. Jubah longgar dengan beberapa variasi membuatnya terlihat begitu cantik. Wajah manisnya terlihat semakin menawan. Sangat cocok sebagai pengantin wanita. Begitupun dengan Reyhan, jas hijau yang membalut tubuhnya membuat dia terlihat begitu tampan. Mereka sangat cocok menjadi sepasang pengantin. Mereka duduk di atas odong-odong yang diberi berbagai hiasan sehingga tampak seperti kereta yang siap membawa pengantinnya.
Suasana alun-alun kota sangat ramai. Berbagai pasangan pengantin juga mulai menduduki keretanya alias odong-odongnya. Para siswa yang berperan sebagai penari, pesilat, semuanya berkumpul di alun-alun kota. Berbagai grup drum band pun ikut meramaikan acara pawai ini. Sepeda hias juga tak ingin kalah untuk tampil meramaikan pawai.
Kereta Rena dan Reyhan berangkat. Mereka ada di urutan pertama. Dibelakang keretanya diikuti oleh para penari dan sepeda hias. Rena dan Reyhan melambaikan tangan pada penonton. Menebarkan senyuman manis yang mereka miliki. 10 menit berjalan, mereka memulai drama mereka.Tentu mereka turun terlebih dahulu dari keretanya dan berjalan pelan menuju area di depan kereta.
“Selamat pagi, permaisuri cantik.” Ujar Reyhan dengan melipat tangan di depan dadanya. Rena hanya membalasnya dengan senyuman dan melipat tangan di depan dada.
“Hari ini.. dihadapan banyak manusia. Aku ingin mengutarakan keinginanku untuk menjadikanmu pendamping hidupku. Maukah kau?” ujar Reyhan dengan suara lantang.
Rena berusaha bersikap normal. Tapi hatinya tetap terasa tak karuan. Walaupun ii acting, tapi dalam nyatanya Rena memang menyukai Reyhan.
“Apa yang kau sukai dariku? Aku tak cantik, tak kaya, tak terpandang. Lalu apa yang kau sukai dariku?” Tutur Rena dengan fasih. Dia sangat mengingat apa yang dihafalnya selama latihan. Mimik mukanya juga sangat bagus seperti yang dilatihnya di hari-hari kemarin.
“Sikapmu, permaisuri. Tak kubutuhkan kecantikan atau kekayaanmu, yang kubutuhkan kasih sayangmu yang akan membawaku lebih dekat pada Allah.” Ujar Reyhan spontan. Teks ini sangat berbeda dari yang dituliskan Bu Dini. Dia mengucapkannya dengan kehendak hatinya.
Rena terkejut mendengarnya. Dia menyadari semua itu tidak sama dengan teks yg dibuat Bu Dini. Tapi untuk menjaga keseimbangan, Rena menjawab dengan lembut dan halus.
“InsyaAllah, aku bersedia.”
Para penonton bersorak bahagia mendengar jawaban Rena. Seolah-olah mereka merasakan kebahagiaan Rena dan Reyhan. Bunga-bunga kecil ditaburkan pada mereka. Akting mereka berdua sangat bagus sehingga mampu menghipnotis para penonton di alun-alun kota.
---

1 bulan setelah pawai berlalu. Reyhan tak lagi nakal, tak lagi kurang ajar dan lebih menjaga lisan dalam berbicara. Ia sadar bahwa tak ada guna terus berkecimpung dalam penyesalam. Ia berdo’a pada Allah semoga kakaknya diberikan kebahagiaan di surga. Setiap harinya kini diisi dengan mencari ilmu di pengajian ataupun di sekolah umum. Pawai 1 minggu lalu membekaskan kenangan indah dalam sejarah hidupnya. Berperan sebagai pengantin di masa-masa SMA bersama wanita yang dikaguminya sejak dulu adalah hal yang unik dalam sejarah hidupnya. Yah unik karena wanita yang menjadi pasangannya adalah wanita yang tanpa sadar ia sukai sejak dulu.
Begitupun dengan Rena, wanita berjilbab hijau yang telah memikat hati Reyhan. Menjadi perantara Allah untuk menyadarkan Reyhan. Pawai satu minggu lalu menjadi sejarah unik dalam hidupnya. Allah menjawab dugaan Rena dengan mendekatkannya pada Reyhan dengan cara mengikuti pawai besar-besaran. Ya, Reyhan yang dulu ia benci namun sekarang ia sukai.
Kini mereka saling menyukai. Tapi mereka memilih untuk diam. Mereka masih ingin memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih dekat pada Allah. Mereka ingin mencintai Allah dengan lebih dalam lagi sebelum mereka mencintai makhluk-Nya.

---


karya : Nurul Fitriani Winarsih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar