Aku Memilih Diam
Wajah yang tampan, gaya
yang menarik, penampilan yang keren, jago main gitar, semuanya berpadu dalam
diri Reyhan, sosok lelaki yang di idamkan oleh banyak wanita. Walaupun
tingkahnya kurang baik, tapi penampilan menariknya telah membuat hati banyak
wanita tak karuan. Bayang-bayang dirinya pun telah melewati kehidupan banyak
wanita. Termasuk kehidupan Rena, wanita berparas ayu yang sangat suka menggunakan
jilbab hijau.
Rena, sosok wanita yang
menyukai Reyhan dalam diam. Tak berani ia bertingkah centil seperti
wanita-wanita lainnya yang saling berebut mendapat perhatian dari Reyhan. Ia
hanya melihat Reyhan dari kejauhan, mengenal Reyhan dari penilaian
teman-temannya. Awalnya Rena membenci Reyhan. Sikap Reyhan yang kurang sopan
pada orang yang lebih tua, bicaranya ceplas-ceplos tak beretika hingga
menyakiti hati orang lain, semua itu membuat Rena tidak menyukainya. Wajar saja
Rena tak suka, kepribadian mereka bertolak belakang. Rena memiliki tingkah
sopan santun, ramah pada setiap orang yang ditemuinya, menjaga lisan agar tidak
menyakiti hati orang lain, semua berbeda dengan Reyhan. Tapi siapa sangka
sekarang Rena menyukainya.
Mereka tak pernah saling menyapa.
Sekalipun bertemu, mereka hanya lewat layaknya dua orang yang tak saling kenal.
Tapi siapa sangka? Ketika mereka berpapasan, Reyhan seringkali melirik Rena.
Begitupun dengan Rena. Bahkan mereka sempat salting ketika
mata mereka beradu tatap tanpa sengaja.
Rena merasa dirinya tak
cocok untuk Reyhan. Selain sikap yang bertolak belakang, penampilan mereka juga
bertolak belakang. Rena adalah gadis yang berpenampilan sederhana dengan jilbab
yang menjulur panjang. Sedangkan Reyhan adalah lelaki yang sangat keren dengan
semua kemewahan yang dimiliknya.
Begitupun dengan Reyhan.
Dia juga merasa tidak cocok untuk Rena yang berjilbab. Baginya wanita berjilbab
tidaklah keren untuk dijadikan pacar. Tapi tak bisa dia bohongi bahwa dia
merasakan ketenangan ketika melihat Rena si wanita berjilbab.
---
“Yoyo bentar lagi bakalan
ada pawai besar-besaran di kota kita tercinta. Sekolah kita bakalan ikut juga
nih. Ada beberapa siswa yang bakalan dipilih untuk mengikuti pawai. Dan ada
juga nih yang dipilih jadi paangan pengantin! Wo.. wo.. siapa nih, langsung aja,
Reyhan NurSiddiq akan mewakili sekolah kita untuk mengikuti Pawai. Dan
pasangannya adalah Renanda Nur Sabrina. Acara akan dimulai 2 minggu lagi di
hari Senin jam 8 pagi. Startnya di alun-alun kota. Wajib hadir loh ya buat
lihat sekolah kita. Oh ya buat kak Reyhan dan kak Rena, diharap segera
menghadap Pak Andi untuk menerima pengarahan gimana biar jadi pasangan
pengantin yang serasi. Hahaha! Semangat ya kak!” celoteh Dinda dengan
bersemangat membuat Reyhan dan Rena sangat kaget mendengarnya.
“Bagaimana mungkin? Di
sekolah ini banyak wanita yang lebih cantik dari Rena. Tapi mengapa Rena yang
dipilih? Aku harus tanyakan Pak Andi nih. Aku bisa salah tingkah terus kalo di
deket Rena. Selama ini aku hanya meliriknya, tak pernah berbicara dengannya.
Ah! Sial.” Gumam Reyhan
“Kenapa bisa seperti ini?
Bagaimana aku bisa menjaga hatiku jika aku terus saja di dekatnya nanti? Aku
harus meminta Pak Andi menggantinya. Tapi dengan alasan apa?.” Gumam Rena
Mereka bergegas menemui pak
Andi setelah mendengar siaran informasi dari Dinda. Di tengah perjalanan mereka
banyak yang berbisik layaknya nyamuk, “Rena enak bener lu, jadi pasangan
Reyhan”, “Eh Rena tuh, gimana bisa dia jadi pasangan Reyhan? Kok bisa dia sih
yang dipilih Pak Andi?”. Ah! Raut muka Rena mulai tampak kesal, tapi dia
menahannya dan akan meluapkannya pada guru BKnya yaitu Pak Andi. Sedangkan
Reyhan juga mendapatkan desas desus tak menyenangkan, “cielah Reyhan dipasangin
sama cewek berjilbab.”, “Eh Reyhan yang nakal dipasangin sama Rena yang baik
hati. Kasian sekali si Rena itu,” Seperti biasa Reyhan hanya mendengus
menanggapi pembicaraan mereka. Sudah terbiasa dengan segala desas desus tak
karuan, sikapnya pun sudah terbiasa untuk menanggapi segala omongan mereka.
“Assalamu’alaykum, Pak.”
Salam Reyhan dan Rena hampir bersamaan.
“Wa’alaykumussalam wa
rahmatullah. Ada apa kalian? Kok merah padam gitu wajahnya” guyon Pak Andi.
Mereka kaget karena mereka
datang di waktu bersanaan. Pikiran mereka berkecamuk. Bagaimana mereka bisa
meluapkan ketidak setujuan akan keputusan yang diumumkan tadi? Jika tidak di
ungkapkan dengan cepat, keputusan itu akan terus berjalan.
Mereka saling melirik,
namun dengan sekejap waktu mereka kembali menundukkan pandangan. Perasaan aneh
itu lagi-lagi muncul. Bahkan untuk waktu yang sedikit lama suasana ruaangan BK
hening tanpa suara.
“Ekhm. Kalian kesini untuk
menerima pengarahan dari saya, kan? Ayo duduk di depan bapak.” Ujar Pak Andi
tenang.
“Tapi, pak. Ada yang harus
saya ungkapkan terlebih dahulu.” Ujar Rena gugup.
“Saya juga, Pak.” Ujar
Reyhan menyusul
“Apa yang ingin kalian
sampaikan?” Tanya Pak Andi.
“Saya kurang bersedia
mengikuti pawai ini sebagai seorang pengantin, Pak. Saya tidak bisa
memerankannya dengan baik.” Ujar Rena.
“Saya juga begitu, Pak.”
Ujar Reyhan singkat.
“Kalian hanya malu. Kalian
tau? Ini bukan perintah saya untuk menjadikan kalian sebagai pasangan pengantin
untuk pawai. Tapi ini perintah dari Bu Dini sebagai guru kesiswaan sekaligus
guru kesenian. Kalian pasti tau, selera Bu Dini dalam memilih itu memiliki
banyak pertimbangan. Bu Dini juga mengenal semua siswa di sekolah ini. Dan
pilihan bu Dini adalah kalian, jadi bapak yakin kalian sudah cocok.” Jawab Pak
Andi panjang lebar.
“Tapi, Pak….”
“Oke saya langsung beri
kalian pengarahan bagaimana kalian harus bersikap di depan banyak orang sebagai
pasangan pengantin saat pawai nanti. Kalian akan naik odong-odong yang dihias
nanti.”
“Kenapa odong-odong…… (?)”
gumam Reyhan dan Rena bersamaan.
---
Pada akhirnya mereka tak
bisa merubah keputusan. Desas-desus semakin hari semakin surut. 1 minggu sejak
pengumuman itu sudah berlalu. Reyhan dan Rena sudah semakin sering berbicara.
Menjadi pengantin saat pawai besar-besaran itu ternyata bukan hanya duduk
berdiam diri. Tetapi juga dengan adegan drama untuk membuat suasana pawai semakin
meriah. Ternyata pawai ini bukan seperti pawai biasanya, pawai ini disertai
dengan pertunjukan drama singkat berdurasi 5 menit. Pantas saja pawai ini
dikenal dengan pawai besar-besaran. Maka dari itu Rena dan Reyhan harus sering
latihan karena pawai akan dimulai 1 minggu lagi.
Drama mereka menjadi
sedikit sulit karena Rena tak mau beradegan saling berpegangan tangan. Hal itu
menjadi sulit dicerna oleh Reyhan. Mengapa Rena menolak untuk berpegangan
tangan? Padahal itu hanya acting saja.
“Ren, kenapa kamu gak mau
adegan pegangan tangan? Kan cuma acting, Ren.” Tanya Reyhan dengan sikap
cueknya.
“Itu dilarang dalam agama
kita.” Jawab Rena dengan senyum mengembang di bibir manisnya.
“Maksudnya Ren?” jawab
Reyhan dengan mengernyitkan dahi
“Dalam Islam, kita dilarang
bersentuhan dengan orang yang bukan mahram kita. Hukumnya haram.”
“Apa gunanya Islam melarang
itu, Ren?”
“Untuk menjaga kita. Untuk
menjaga kesucian kita. Kita manusia biasa, tidak dapat menghindar dari godaan
syaitan. Ketika wanita dan laki-laki bersentuhan, tidak kecil kemungkinan
jikalau syaitan akan menghasut mereka untuk tidak berhenti hanya pada
berpegangan tangan saja. Bisa-bisa menjalar pada berpelukan. Lalu akan
berhentikah syaitan? Tidak. Bisa jadi dia menggoda mereka ke jalan yang lebih
sesat lagi. Lagi pula dalam hadist sudah ditegaskan bahwa seandainya kepala
seseorang ditusuk dengan jarum besi itu masih lebih baik dari pada menyentuh
wanita yang tidak halal (bukan muhrim) baginya.” Jelas Rena panjang lebar.
“Sekarang aku mengerti.”
Jawab Reyhan sambil menundukkan kepalanya.
Rena melihat ekspresi
Reyhan, ada yang tersembunyi dalam tundukannya. Oh Allah. Betapa kacaunya hati
Rena ketika melihat orang yang dikasihnya tertunduk dalam kesedihan.
---
“Assalamu,alaykum, Rena.”
Sapa Reyhan dengan melipatkan tangan di depan dada.
“Wa’alaykumussalam wa
rahmatullah.” Jawab Rena dengan melipatkan tangannya juga.
“Pawai udah 3 hari lagi.
Siap jadi pengantin?” guyon Reyhan.
“Hehe. Siap gak siap tetep
harus siap toh. Lagi pula ini hanyalah acting.” Jawab Rena singkat.
“Kau terlihat tidak sehat,
Ren. Sakit?”
“Demam biasa. Terlalu
diforsir mungkin.”
“Jaga kesehatanmu ya, Ren.”
Rena hanya mengangguk
mendengar perkataan Reyhan. Tak disangka dia bisa sedekat ini dengan Reyhan.
Saling berbagi kisah duka maupun suka. Mereka menikmati udara pagi di taman
sekolah. Siswa siswi berlalu lalang melewati taman sekolah. Yah taman sekolah memang
tempat yang indah unuk pagi hari.
“Yang kau sampaikan padaku
4 hari lalu membuatku tersadar, Ren.” Ucap Reyhan lirih.
“Alhamdulillah. Tersadar
akan hal apa?” Jawab Rena lembut
“Aku sempat khilaf di masa
lalu. Saat aku kelas 3 SMP, Kakakku dirawat di rumah sakit. Saat itu aku baru
mengenal dunia pacaran dan saat itu pula aku punya pacar pertama. Namanya
Sinta, kulitnya putih, wajahnya cantik dan rambutnya panjang bergelombang. Dia
wanita tercantik di sekolahku. Banyak lelaki menyukainya. Tapi akulah lelaki
yang dipilih untuk jadi pacarnya. Betapa senangnya hatiku saat itu. Hari terus
berlalu, aku dan dia semakin dekat. Kami tak mengenal batasan dalam Islam saat
itu. Pegang tangan dan berpelukan menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan.
Hingga saat itu tiba, saat dia ulang tahun. Aku menyiapkan kejutan untuknya.
Aku berharap dia akan senang dengan hal itu. Tapi pada saat itu juga sakit
kakakku mulai parah. Kakakku berjuang antara hidup dan mati. Aku menemaninya
sejak pagi. Tapi dia tetap merasakan sakit yang teramat di otaknya. Dia
mengidap kanker otak sejak kelas 1 SMP. Dia selalu menasihatiku agar tidak
berpacaran. Dan ketika dia tau bahwa aku berpacaran, dia hanya tersenyum dan
menasihatiku untuk meninggalkan Sinta. Dia khawatir aku akan terjebak pada jurang
kemaksiatan. Tapi aku tetap bersi keras untuk tidak meninggalkan Sinta karena
aku yakin bisa menjaga diri dalam berpacaran. Pada malam hari aku ijin pada
orang tuaku untuk pergi memberikan kejutan pada Sinta. Kakakku melarangku
pergi, tapi aku tidak memperdulikannya karena pada malam itu keadaannya mulai
membaik. Jadi aku kira tidak apa-apa jika aku pergi untuk malam itu saja. Aku
pergi menuju rumah Sinta, tak sabar ku ingin memberikan kejutan berupa boneka
Bear besar yang dia inginkan selama ini. Saat aku sampai di rumah Sinta, aku
melihat ada mobil sport merah di depan rumahnya. Aku kira itu milik
keluarganya. Tapi setelah aku memasuki ruang tamu, dia sedang bepegangan tangan
dengan seorang lelaki tampan ditemani kue tart beserta beberapa lilin yang membentuk
love.” Jawab Reyhan yang mulai tertunduk.
Lalu Reyhan tersadar bahwa
dia terbawa suasana sehingga menceritakan apa yang dirahasiakannya kepada Rena.
Dia meminta maaf pada Rena karena telah bercerita sepanjang itu.
“Tak masalah Reyhan. Aku
ingin mendengar lanjutan ceritamu. Kalau kamu gak keberatan sih.” Jawab Rena
dengan gaya santainya.
“Yah di depan mataku
sendiri, Sinta yang awalnya berpegangan tangan lalu mereka berpelukan. Tentu
aku emosi melihat wanita yang aku sayangi dipeluk orang lain. Aku mendekati
mereka dan memukul laki-laki itu. Tapi Sinta melarangku dan dia berkata bahwa
dia tidak ingin lagi bersamaku karena dia menemukan seorang laki-laki yang
lebih tampan dan lebih kaya dariku. Awalnya aku tak percaya, selama ini dia
memegang tanganku dan memelukku dengan kasih sayang. Lalu bagaimana bisa itu
terjadi? Dia hanya mengaku bahwa semua itu hanya kepalsuan belaka. Dia hanya
ingin memanfaatkan kekayaanku. Sedangkan kasih sayangnya hanyalah
untuk laki-laki yang bersamanya tadi. Dan aku lebih tidak percaya lagi bahwa
laki-laki itu adalah sahabatku sendiri. Aku sakit saat itu. Apalagi ketika aku
kembali ke rumah sakit kakakku mengehembuskan nafas terakhirnya. Aku menyesal
mengapa aku menukarkan waktu unuk menemani kakakku dengan memberikan kejutan
pada wanita tak beretika itu! Semuanya sudah berlalu, tapi aku tetap menyesal
karena aku tidak mendengarkan nasihat kakakkuu untuk meninggalkan Sinta. Bahkan
ketika dia menghembuskan nafas terakhirnya aku tidak ada di sampingnya.” Ujar
Reyhan penuh penyesalan. Air matanya jatuh menyetuh bangku kayu yang
didudukinya.
“Sejak saat itu aku
menganggap semua wanita itu sama. Aku tidak percaya dengan status teman. Aku
merasa tidak ada yang benar-benar menjadi teman. Dan yang kau jelaskan padaku
beberapa hari lalu, membuatku sadar akan jawaban lain tentang mengapa kakakku saat
itu tidak mengijinkan aku berpacaran. Selain agar aku tak tersakiti, juga agar
aku terhindar dari kemaksiatan.”
“Sudah selesai?”
“Maksud kamu, Ren?” jawa
Reyhan dengan mengkerutkan dahinya.
“Ceritamu cukup panjang.
Tapi aku menyukainya.”
Reyhan tersenyum
mendengarnya. Dia mengira Rena bosan mendengar ceritanya. Dugaan Rena benar,
dia memiliki sesuatu yang tersembunyi. Dia terlihat sangat berbeda ketika
menceritakan kisahnya. Dia yang nakal, tak sopan dalam berbicra, ternyata
hanyalah pelampiasan atas penyesalannya.
“Tak semua wanita seperti
Sinta, tak semua teman seperti teman masa lalumu. Karena Allah menciptakan
manusia dengan kepribadian yang berbeda. Rahmat Allah itu luas, Reyhan. Yang
terjadi padamu hanya salah satu bentuk kasih sayang Allah agar kamu bisa
terjaga dari kemaksiatan dan agar kamu bisa membedakan mana teman yang baik dan
yang buruk. Serta agar kamu bisa lebih memahami betapa besarnya kasih sayang
dari keluarga.” Jawab Rena lembut
Reyhan diam sejenak. Dia
menyaadari banyak hal dengan apa yang diucapkan Rena. Senyumnya mengembang
indah. Rena melihatnya sejenak. Hatinya bahagia.
---
Hari yang cerah.
Burung-burung menari riang menyambut pagi. Sejuk embun pagi menambah keindahan
alam semesta. Oh Maha Besar Allah Yang Menciptakan semua ini. Hari ini pawai
besar-besaran akan berlangsung. Rena dan Reyhan akan memainkan drama sebagai
sepasang kekasih yang saling mencintai dan saling menghormati. Tak ada adegan
berpegangan tangan. Reyhan hanya akan mengutarakan perasaannya kepada Rena.
Walaupun tidak sesuai dengan keinginan Bu Dini, tapi Bu Dini menyadari dan
memahami keinginan Rena dan Reyhan.
Rena menggunakan busana
muslim hijau. Jubah longgar dengan beberapa variasi membuatnya terlihat begitu
cantik. Wajah manisnya terlihat semakin menawan. Sangat cocok sebagai pengantin
wanita. Begitupun dengan Reyhan, jas hijau yang membalut tubuhnya membuat dia
terlihat begitu tampan. Mereka sangat cocok menjadi sepasang pengantin. Mereka
duduk di atas odong-odong yang diberi berbagai hiasan sehingga tampak seperti
kereta yang siap membawa pengantinnya.
Suasana alun-alun kota
sangat ramai. Berbagai pasangan pengantin juga mulai menduduki keretanya alias
odong-odongnya. Para siswa yang berperan sebagai penari, pesilat, semuanya
berkumpul di alun-alun kota. Berbagai grup drum band pun ikut meramaikan acara
pawai ini. Sepeda hias juga tak ingin kalah untuk tampil meramaikan pawai.
Kereta Rena dan Reyhan
berangkat. Mereka ada di urutan pertama. Dibelakang keretanya diikuti oleh para
penari dan sepeda hias. Rena dan Reyhan melambaikan tangan pada penonton.
Menebarkan senyuman manis yang mereka miliki. 10 menit berjalan, mereka memulai
drama mereka.Tentu mereka turun terlebih dahulu dari keretanya dan berjalan
pelan menuju area di depan kereta.
“Selamat pagi, permaisuri
cantik.” Ujar Reyhan dengan melipat tangan di depan dadanya. Rena hanya
membalasnya dengan senyuman dan melipat tangan di depan dada.
“Hari ini.. dihadapan
banyak manusia. Aku ingin mengutarakan keinginanku untuk menjadikanmu
pendamping hidupku. Maukah kau?” ujar Reyhan dengan suara lantang.
Rena berusaha bersikap
normal. Tapi hatinya tetap terasa tak karuan. Walaupun ii acting, tapi dalam
nyatanya Rena memang menyukai Reyhan.
“Apa yang kau sukai dariku?
Aku tak cantik, tak kaya, tak terpandang. Lalu apa yang kau sukai dariku?”
Tutur Rena dengan fasih. Dia sangat mengingat apa yang dihafalnya selama
latihan. Mimik mukanya juga sangat bagus seperti yang dilatihnya di hari-hari
kemarin.
“Sikapmu, permaisuri. Tak
kubutuhkan kecantikan atau kekayaanmu, yang kubutuhkan kasih sayangmu yang akan
membawaku lebih dekat pada Allah.” Ujar Reyhan spontan. Teks ini sangat berbeda
dari yang dituliskan Bu Dini. Dia mengucapkannya dengan kehendak hatinya.
Rena terkejut mendengarnya.
Dia menyadari semua itu tidak sama dengan teks yg dibuat Bu Dini. Tapi untuk
menjaga keseimbangan, Rena menjawab dengan lembut dan halus.
“InsyaAllah, aku bersedia.”
Para penonton bersorak
bahagia mendengar jawaban Rena. Seolah-olah mereka merasakan kebahagiaan Rena
dan Reyhan. Bunga-bunga kecil ditaburkan pada mereka. Akting mereka berdua
sangat bagus sehingga mampu menghipnotis para penonton di alun-alun kota.
---
1 bulan setelah pawai
berlalu. Reyhan tak lagi nakal, tak lagi kurang ajar dan lebih menjaga lisan
dalam berbicara. Ia sadar bahwa tak ada guna terus berkecimpung dalam
penyesalam. Ia berdo’a pada Allah semoga kakaknya diberikan kebahagiaan di
surga. Setiap harinya kini diisi dengan mencari ilmu di pengajian ataupun di
sekolah umum. Pawai 1 minggu lalu membekaskan kenangan indah dalam sejarah
hidupnya. Berperan sebagai pengantin di masa-masa SMA bersama wanita yang
dikaguminya sejak dulu adalah hal yang unik dalam sejarah hidupnya. Yah unik
karena wanita yang menjadi pasangannya adalah wanita yang tanpa sadar ia sukai
sejak dulu.
Begitupun dengan Rena,
wanita berjilbab hijau yang telah memikat hati Reyhan. Menjadi perantara Allah
untuk menyadarkan Reyhan. Pawai satu minggu lalu menjadi sejarah unik dalam
hidupnya. Allah menjawab dugaan Rena dengan mendekatkannya pada Reyhan dengan cara
mengikuti pawai besar-besaran. Ya, Reyhan yang dulu ia benci namun sekarang ia
sukai.
Kini mereka saling
menyukai. Tapi mereka memilih untuk diam. Mereka masih ingin memperbaiki diri
menjadi pribadi yang lebih dekat pada Allah. Mereka ingin mencintai Allah
dengan lebih dalam lagi sebelum mereka mencintai makhluk-Nya.
---
karya : Nurul Fitriani Winarsih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar