III
Pertandingan Basket Itu
"Kak Bulan. Ada om jahat, kakak sembunyi
gih..." Ujar Bintang setengah berbisik.
"Hem?"
Jawab Bulan heran.
"Adek, om itu
ga jahat kok." Jawab Bulan menenangkan.
"Pokoknya om
itu jahat. Om itu udah buat kakak ga bisa ikut kompetisi basket hari ini!"
Lanjut Bintang kesal.
"Dek, ini
sudah ketentuan Allah. Dan ini pasti yang terbaik. Mending kita nonton TV aja
yuk. Kita nonton teman-teman kakak yang lagi berjuang."
Kreeek.. pintu
kamar Bulan terbuka perlahan. Entah siapa yang berani masuk ke kamarnya tanpa
mengetuk pintu dulu.
"Bulan,
Bintang.." Ujar Tio lirih.
"Om
jahat?" Ujar Bintang dengan wajah kesal yang masih melekat di wajah
mungilnya.
"Ikut om
yuk."
“Kemana om?" Tanya Bulan penasaran.
“Ke
kompetisi basketmu."
Bulan kaget
mendengar jawaban Tio. Namun tidak dengan Bintang. Dia merasa senang dengan
ajakan Tio.
"Kak ayo ikut
aja. Om jahat itu lagi baik."
Bulan hanya diam,
"bagaimana aku bisa kesana dengan keadaan seperti ini? Teman-temanku akan
mengejekku." Ucap Bulan membatin.
"Bulan?
Yuk?" Ajak Tio sekali lagi.
"Bulan lihat
di TV aja, Om." Jawab Bulan seraya mentralkan perasaan resahnya.
"Kakak ayo
lah Bintang juga pengen nonton langsung." Rengek Bintang manja.
"Tapi
dek."
"Pleaseee.."
Tak bisa membuat
adiknya menangis, Bulan terpaksa ikut menonton pertandingan basket itu. Meski
takut, resah, dan malu, Bulan memilih menguatkan hati untuk memenuhi keinginan
adiknya.
"Tapi, om
sudah dapet ijin nenek?" Tanya Bulan heran. Biasanya neneknya tidak akan
memberi ijin jika cucu-cucunya pergi bersama orang asing.
"Iya om sudah
dapet ijin dari nenekmu."
"Hem? Kok
bisa?" Tanya Bintang yang kini juga mulai heran.
"Karena....
Emmm, om juga gak tau sih. Hehehe." Jawab Tio yang berhasil menipu Bulan
dan Bintang.
"Ih, apa sih
om." Jawab keduanya hampir berbarengan.
"Yaudah
yaudah, kalian sekarang siap-siap dulu, ya. Trus kita berangkat." Bulan dan Bintang hanya
mengangguk pelan.
***
"Kak.. itu
tim sekolah kakak." Ujar Bintang setengah berteriak. Tangannya menunjuk
pada sekelompok perempuan yang asyik berlatih basket.
Bulan hanya
tersenyum melihat tingkah Bintang. Ia juga bahagia melihat teman-temannya yang
sedang berlatih. Rasanya, ingin dia pergi kesana. Berlatih dan tertawa bersama
teman-temannya. Tanpa sadar, setetes air matanya jatuh. Namun dia segera
menghapusnya, tidak ingin ada yang tau akan kesedihannya. Cukup dirinya dan
Allah yang tau.
"Bulan,
Bintang, kalian tetap disini ya. Jangan kemana-mana. Om mau ke kamar mandi
sebentar." Ujar Tio yang membuyarkan lamunan Bulan.
"Oh iya, Om.
Aku sama Bintang gak akan kabur kok. Gak tau lagi kalau om yang mau
kabur." Guyon Bulan spontan.
"Hehehe. Om
gak akan kabur. Jadi tambah jahat ntr kalo om kabur ninggalin kalian."
Jawab Tio dengan santainya.
"Dasar om
jahat." Ujar Bintang kemudian. Bulan dan Tio hanya tersenyum kecil
melihat tingkah Bintang yang begitu polos.
Pertandingan akan
dimulai setengah jam lagi. Tio masih betah di kamar mandi. 10 menit merupakan
waktu yang cukup lama untuk seseorang yang pergi ke kamar mandi.
"Kamu dateng,
Lan." Ujar seorang laki-laki berkulit sawo mateng tapi berwajah manis.
"Andre? Kok
kamu bisa disini?" Tanya Bulan sedikit terkejut.
"Iya cari
kamu." Jawab Andre santai.
"Emang ada
apa, Dre?"
"Khawatir
sama keadaanmu yang tiba-tiba berhenti dari tim. Ternyata kamu lumpuh."
Bulan
hanya diam mendengar penjelasan Andre. Dia tak tau harus menjawab apa.
"Kenapa gak
ngabarin kita sih kalau kamu lumpuh?" Ujar Andre kemudian. Wajahnya kini
mengarah pada Bulan.
"Kamu salah
satu pemain terbaik di tim cewek, entah gimana tim cewek sekolah kita akan
menang tanpa kamu." Lanjut Andre.
"Kalian bisa
kok. Pasti bisa." Jawab Bulan singkat.
"Woiiii!
Lita, Renata, Siska, Rina, Andin, Bulan ada disini!!" Teriak Andre pada
sekelompok perempuan yang sejak tadi diperhatikan Bulan. Bulan kaget melihat
tingkah laku Andre.
Sementara Bintang
hanya bisa menjadi penonton bisu atas percakapan Andre dan kakaknya. Bukan
hanya Bintang, tapi Tio yang baru saja kembali dari kamar mandi.
Kelima perempuan
itu langsung meninggalkan latihannya. Mereka cepat-cepat melangkahkan kaki
menuju tempat Bulan berada.
"Bulaaaaannnn...."
Ujar kelima perempuan yang berlari-lari kecil ke arah Bulan.
"Kamu apa
kabar?"
"Kamu kok
bisa gini sih, Lan? Ceritain dari awal dong."
"Kamu kok gak
bilang kita klo kamu lumpuh sih, Lan."
Pertanyaan-pertanyaan
itu langsung saja menyerbu Bulan. Bulan terharu melihat respon teman-temannya
terhadapnya. Mereka tidak ada yang mengejek Bulan ataupun menyalahkan Bulan.
Mereka malah ingin tau kondisi Bulan.
"Ah kalian
banyak pertanyaan nih. Aku jadi bingung mau jawab apa." Ucap Bulan
tersenyum.
"Kamu masih
sama seperti dulu ya. Gak berubah. Kesedihan apapun yang kamu alami, kamu gak
pernah rela bagi-bagi." Ujar Lita yang seringkali dikenal sebagai Kapten
tim basket di sekolah Bulan.
"Aku kan
belajar dari kamu, Lita." Jawab Bulan tertawa kecil.
"Ah kamu mah
ada-ada aja, Lan." Ujar Lita tersipu malu.
"Bulan, kita
tanpa kamu itu serasa gak rampung. Ada yang kurang. Gimana kalau nanti kita
kalah?"
"Hus!
Posthink dong. Emang kalian kok bisa sampek tahap ini sih mainnya?" Tanya
Bulan yang kini mengernyitkan dahinya.
"Maksud kamu
apa sih, Lan? Tentu karena kita udah berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya
lah. Mangkanya kita sekarang disini." Jawab Lita spontan.
"So, you are
the choosen people, right? Kalian orang-orang terpilih yang lolos dari berbagai
rintangan sebelumnya."
Kelima temannya
terenyak mendengar pernyataan Bulan. Mereka menyadari hal-hal kecil yang tidak
mereka sadari.
"Kamu itu
hebat, kamu juga, kamu, kamu, dan kamu juga hebat." Ujar Bulan seraya
menunjuk teman-temannya satu per satu.
"Kalo nanti
kalian bergabung, kalian bisa jadi sangat hebat, kan?" Lanjut Bulan dengan
senyum khasnya.
"Kamu bener,
Lan. Kita ini bisa, mampu, dan jika kemampuan ini disatukan, akan ada yang berbuat baik aku yakiiin."
Ujar Lita kemudian
"Emm aku kan
yang paling bener diantara kalian." Jawab Bulan tertawa.
"Yasudah deh,
kalian siap-siap gih. Tinggal 15 menit lagi pertandingan akan dmulai."
Lajur Bulan senang.
"Siaap,
Komandan! Hehe, do'akan kita ya."
"Em, aku
do'akan kalian semoga diberikan kemudahan oleh Allah dalam mencapai cita-cita
kalian."
"Aamiin."
Jawab kelimanya hampir berbarengan.
"Yasudah
tonton kita disini loh, ya! Daaaaa..." ujar Lita
Bersambung...
Nurul Fitriani Winarsih ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar