Hanya ingin menyalurkan hobi serta ingin berbagi, baik itu berbagi ilmu ataupun pengalaman hidup pada banyak orang:) semoga saja apa yang dibagikan ini bisa bermanfaat untuk para pembaca terutama untuk saya sendiri. Jika ada yang kesalahan dari tulisan saya, mohon bantuannya untuk bisa mengomentari. Terima kasih:) Selamat membaca! ^^

Sabtu, 12 Maret 2016

Cerpen Inspirasi.



Perjalananku, inspirasiku.
 
Malam yang kelabu masih lekat mewarnai langit. Tapi tak lama lagi, dirinya akan digantikan oleh langit biru. Jam menunjukkan pukul empat dini hari. Mataku yang semula terpejam mulai terbuka perlahan. Aku mengedip-ngedipkan mataku. Terdengar sayup-sayup suara indah dan merdu. Asalnya dari seorang muadzin yang mengumandangkan adzan melalui corong masjid.
Waktu subuh datang. Allah telah memanggil semua umat Islam. Aku bergegas ke kamar mandi untuk menyikat gigi, lalu aku berwudhu’, dan kemudian aku melangkahkan kaki ke masjid. Dinginnya pagi cukup mencekat kulitku, persis seperti pagi-pagi sebelumnya.
“Assalamu’alaykum! Anta sendiri, Roni?.” Ujar lelaki yang seumuran denganku. Namanya Aldi. Bajunya putih bersih. Sarung warna merah menjadi selendang di bahunya.
“Ya! Ana sendiri. Abi dan ummi sedang menginap di rumah nenek.” Jawabku tenang.
“Oh, kalau begitu mari kita pergi bersama ke masjid.”
Aku hanya tersenyum mengangguk.
Di perjalan kami berbincang tentang sekolah, serta tentang beberapa kisah-kisah Islam. Lalu kami mendengar suara indah nan merdu yang berasal dari balik rumah kecil bercat hijau.
“Indah, bukan? Namanya Ricki. Dia seorang anak yang hebat menurutku. Meski kakinya lumpuh, dia memiliki semangat beribadah yang luar biasa.” Ujar Aldi yang kemudian melangkahkan kakinya ke rumah kecil itu.
Dia mengetuk pintu rumah Ricki. Dan keluarlah seorang laki-laki yang duduk di atas kursi roda.
“Kak Aldi, mari kita ke masjid.”
Aldi tersenyum. Dia mendorong kursi roda Ricki. Di perjalanan, dia memperkenalkan aku pada Ricki. Ternyata umurnya 2 tahun lebih muda dariku. Ah, aku merasa malu karena yang lebih muda dariku memiliki semangat yang lebih besar.
“Ricki kamu suka baca Qur’an?” Tanyaku penasaran.
“Sangat kak. Al-Qur’an itu kan pedoman kita. Berisi firman-firman Allah Yang Maha Kuasa. Jadi aku sangat suka membacanya.”
Aku dan Aldi tersenyum mendengar jawabannya. Kami sudah sampai di masjid sehingga aku tak bisa bertanya lebih banyak lagi. Bagiku, perjalanan ke masjid kali ini membuat aku mendapat sebuah inspirasi.
Usai sholat subuh dan berdzikir, aku tuangkan semua inspirasiku di atas selembar kertas. Ada banyak semangat yang mendorong majunya Islam. Ricki contohnya, semangat hidup yang tidak pernah luntur karena selalu berharap mendapat ridha Allah. Semangat positif yang tanpa sadarnya, telah mengalirkan energi positif pada orang-orang disekitarnya. Usai aku menulis, aku dan Aldi mengantar Ricki pulang ke rumahnya.
Bacaan Qur’an yang dilantunkan Ricki sangat indah, mengingatkan aku pada Umar bin Khattab yang masuk Islam dengan perantara mendengar adiknya melantuntkan ayat-ayat suci Al-Qu’an. MasyaAllah, saat itu Umar kemudian pergi pada Rasulullah dan mengucap dua kalimat syahadat di hadapan Rasulullah. Gema takbir pun menyeruak setelah Umar masuk ke dalam agama yang mulia ini.
***
Matahari mulai menampakkan dirinya. Aku sudah siap pergi sekolah. Ku kayuh sepedaku menuju sekolah tercintaku. Aku melewati rerumputan hijau yang mendamaikan hati. Persawahan-persawahan itu membuatku selalu damai.
Ku lihat para banyak orang yang sudah mulai sibuk. Para guru mengayuh sepedanya untuk pergi mengajar, para petani berjalan kaki untuk pergi ke sawahnya, dan para pekerja kantoran yang juga pergi bekerja dengan sepeda ontelnya. Desa ini begitu indah, semua penduduknya lebih memilih menggunakan sepeda ontel atau berjalan kaki dari pada menggunakan sepeda motor atau mobil.
Aha! Lagi-lagi inspirasi muncul begitu saja di otakku. Aku berhenti mengayuh sepedaku. Ku ambil buku kecil di saku dan menuliskan sesuatu disana.
“Lihatlah sawah-sawah yang menghijau ini. Mereka seakan-akan perlambang kedamaian. Lihatlah para manusia yang mengayuh sepedanya untuk pergi bekerja atau menuntut ilmu, luar biasa bukan? Mereka menghempas rasa malas mereka dan memilih untuk berlelah diri demi mendapat nafkah bagi keluarga serta demi mendapat ilmu."
Lagi-lagi inspirasi datang dalam perjalananku. Keren! Pikirku. Inspirasi ada dimana saja. Bukan hanya kali ini atau semalam saja aku mendapat inspirasi ketika melakukan perjalanan, tapi sudah cukup berkali-kali aku mendapat inspirasi yang kemudian langsung ku tuliskan pada secarik kertas di dalam buku kecil bersampul warna hitam. Yah jika tidak langsung ku tulis, semuanya akan terlupakan.
Inspirasi datang dimana saja dan kapan saja. Sebagai hamba Allah, aku harus mampu melihat hal-hal kecil yang biasa terjadi dalam hidup. Karena tanpa sadar, mereka begitu memiliki makna yang berarti. Aku juga harus mampu memaknai hal-hal kecil yang kadang tanpa sadar, mendorong terjadinya hal-hal besar. Bagiku, inspirasi akan lebih mudah didapat jika diri ini mampu memaknai berbagai hal yang disekitarku. Alhamdulillah, nikmat Allah begitu luar biasa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar